.: My Letters 4 My Life :.

02 January 2007

Berprestasi di Tengah Badai

Sebuah Cerpen Remaja I, untuk sekarang dan masa depan

Sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Tidak terkecuali pada diri Ahsan, seorang anak laki-laki yang berumur 13 tahun dan sedang menimba ilmu di salah satu SMP dekat desanya. Di tengah kesibukannya menuntut ilmu di SMP, hampir setiap hari dia tidak pernah absen untuk membantu kedua orangtuanya. Dari membeli sarapan pagi (bungkusan), memberi makan ayam, mencari bekatul untuk makanan ayam sampai ikut memperbaiki gerobak ayahnya merupakan kegiatan harian Ahsan yang hampir tidak pernah ditinggalkan. Dari segi pelajaran, dia tergolong anak yang cukup pintar dan bisa segera menyesuaikan diri dengan teman-temannya di sekolah, bahkan bisa menunjukkan prestasinya di sekolah. Prestasi belajar Ahsan memang sudah terlihat sejak ia masuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) di desanya, sehingga tak jarang ia ditunjuk menjadi wakil sekolah dalam mengikuti perlombaan-perlombaan tertentu. Tak pelak, kedua orangtuanya sangat bangga dan begitu berharap Ahsan bisa menjadi orang yang sukses dan ke depannya bisa ikut membantu ekonomi keluarga.

Secara ekonomi, keluarga Ahsan tergolong pas-pasan. Achmad, ayah kandungnya bekerja sebagai pamong desa mempunyai penghasilan yang tidak pasti karena tergantung kesadaran penduduk dalam mengapresiasikan jerih payah pamong desanya, sedangkan Rochmi, ibu kandungnya bekerja sebagai pedagang baju keliling secara kredit di kampungnya dengan jalan kaki. Dengan penghasilan dari pekerjaan tersebut, kedua orangtuanya sangat bersyukur bisa membawa anak-anaknya untuk menuntut ilmu di sekolah. Ahsan adalah anak keempat dari 5 (lima) bersaudara. Kakak tertuanya, Mustofa (20 tahun) sedang menuntut ilmu di pondok pesantren di Jawa Tengah, kemudian kakak keduanya, Maemunah (17 tahun) sedang duduk di bangku Madrasah Aliyah, setingkat SMU di kabupaten, sedangkan kakak terakhir dari Ahsan, Hakim (15 tahun), masih menuntut ilmu di SMP yang sama dengan Ahsan di bangku kelas 3 (tiga). Terakhir adalah adiknya yang masih balita berusia 2 (dua) tahun atau selisih umurnya 11 (sebelas) tahun dengan Ahsan.

Dalam sebuah potret kehidupan, perjuangan keluarga Ahsan sungguh begitu berat. Di tengah berbagai ujian dan musibah, keluarga Ahsan sangat tabah dalam menjalaninya. Sebenarnya ujian hidup keluarga Ahsan mulai muncul sejak orangtuanya baru membangun keluarga dengan menghidupi anak-anaknya yang masih kecil-kecil dari penghasilan mengayuh becak dan berdagang seadanya. Namun ujian berat dalam keluarga Ahsan datang kembali pada saat Ahsan baru menginjak kelas 6 (enam) SD, saat ibunya sedang dalam keadaan mengandung adik Ahsan.

Waktu itu, ayah dan kakak pertama Ahsan mengalami kecelakaan bermotor secara serius. Keduanya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dengan naik sepeda motor dan keduanya terpelanting di ruas jalan Pantura setelah sebuah bus menyerempetnya. Sungguh mengenaskan, ayahnya tidak tersadarkan diri dan ternyata di salah satu kakinya mengalami patah tulang serius serta rahangnya mengalami ketidaknormalan. Sedangkan kakak pertamanya, mengalami patah tulang di lengan tangan kirinya dan juga di salah satu kakinya. Musibah ini menguras harta keluarga Ahsan dan konsekuensinya berpengaruh juga terhadap pembiayaan pendidikan anak-anaknya. Namun, dengan segala ketabahan dan perjuangan yang keras, keluarga Ahsan bisa bertahan dan anak-anaknya masih bisa melanjutkan sekolah seiring dengan pengobatan rutin bagi kesembuhan ayah dan kakak pertama Ahsan. Hal inilah yang menjadi kenangan tersendiri bagi Ahsan dalam usia 12 tahun sebelum dia masuk SMP.

Setelah 3 (tahun) Ahsan menuntut ilmu di SMP dengan prestasi belajar yang cukup bagus, kemudian Ahsan melanjutkan studinya ke SMA, dekat desanya juga. Di sini pengembangan kualitas pribadi Ahsan mulai berjalan. Selain aktif di kepramukaan sekolah sebagai Bantara, Ahsan juga berprestasi secara akademik dengan baik. Prestasi belajar Ahsan memang tidak pernah sirna, meskipun secara ekonomi keluarganya pas-pasan. Prestasinya di sekolah dan keaktifannya di kepramukaan membuatnya menjadi salah satu siswa yang dikenal dan cukup disegani oleh teman-temannya, baik di sekolah maupun di rumah.

Atas prestasinya tersebut, pada saat menjelang berakhirnya masa studi di SMA, dia dicalonkan menjadi salah satu siswa penerima BMU atau Beasiswa Mengikuti UMPTN, yang sekarang SPMB, dan juga menjadi salah satu siswa seleksi PMDK (Penelusuran Minat, Bakat dan Kemampuan) pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sayang sekali, karena faktor ekonomi yang menjerat keluarganya, atas dasar keputusan orangtua, Ahsan menggugurkan harapannya menjadi mahasiswa di PTN melalui PMDK. Hal inilah yang membuat sedih Ahsan dan pihak sekolah sendiri karena sedikit banyak mempengaruhi hubungan kerjasama antara pihak sekolah dan pemberi beasiswa PMDK. Namun, karena selain Ahsan masih banyak siswa lain yang diterima melalui PMDK di PTN tersebut, maka kekhawatiran itu tidak berkepanjangan. Akhirnya, dengan bekal nilai NEM yang baik dan prestasi lainnya, Ahsan berusaha mewujudkan harapannya dengan mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), dengan alasan sedikit biaya dan biasanya diasramakan.

Atas kesungguhan niat dan perjuangan yang keras dalam melewati seleksi yang ketat, akhirnya harapannya terwujud. Ia diterima sebagai mahasiswa salah satu PTK di Jakarta. Dengan bekal ilmu dan proses pengembangan pribadi di kampusnya, dia pun bisa melewati lika-liku pendidikan kedinasan dan berhasil menyelesaikannya sesuai waktu yang ditentukan. Selama pendidikan, komunikasi Ahsan dengan keluarga memang tidak seintens seperti yang dulu, namun dia selalu berusaha mengefektifkan waktu kapan pun untuk bisa komunikasi. Acara wisuda Ahsan pun akhirnya bisa dinikmati bersama keluarga dengan penuh kebahagiaan. Dengan kelulusan ini, Ahsan selanjutnya diterima menjadi pegawai salah satu instansi pemerintah. Dalam usia yang baru 23 tahun ini, Ahsan termasuk salah satu remaja yang bisa dibilang cukup sukses dalam menjalani hidup, karena telah diangkat sepenuhnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu instansi pemerintahan. Kini, Ahsan pun terus berusaha membantu ekonomi keluarga sekuat mungkin untuk menopang kebutuhan hidup orangtua, juga membantu pembiayaan pendidikan adik tercintanya.

***********end*************

0 Comments:

Post a Comment

<< Home