.: My Letters 4 My Life :.

06 February 2008

Kolumnis Muda : Perjuangan dan Harapan


Dunia penulisan kiranya kian tertanam di dalam jiwa ini. Tentunya, bukan sekedar menyalurkan ide, gagasan atau informasi lainnya, melainkan diharapkan juga bermanfaat kepada orang lain atau masyarakat pada umumnya. Pengenalan terhadap dunia ini sebenarnya mulai akrab sejak SMU saat pembuatan karya siswa sebagai prasyarat kelulusan SMU. Kini, dunia itu terus coba saya geluti dan kecenderungan tulisan berkutat di seputar bidang sosial politik. Maklum, sejak kelulusan dari perguruan tinggi, hasrat dan jiwa ini banyak memperhatikan area sosial politik bangsa.

Bagi saya pribadi, kegiatan penulisan yang selama ini digeluti diharapkan bisa turut membangun masyarakat Indonesia yang berwawasan dan beradab, meski ada kemungkinan tidak terlepas dari unsur subjektitifitas dari penulis sendiri. Harapan dari kegiatan penulisan tersebut adalah menjadi kolumnis muda, yang senantiasa mengisi kolom-kolom di media massa, baik lokal maupun nasional. Sudah pasti, perjuangan ke arah pencapaian harapan tersebut tidak lah mudah dan terus dilakukan sampai saat ini.

Lika-liku Perjuangan
Perjuangan penulisan yang lebih serius di awali dengan pembuatan blog pribadi di http://gus-maul.blogspot.com sebagai media pembelajaran tulisan pribadi. Di sana lah beberapa artikel pribadi dipajang dan disebar, tentu bercampur baur dengan tulisan lainnya yang ringan. Tulisan yang digarap pun beraneka ragam, baik politik, keagamaan maupun Teknologi Informasi (TI). Hal utama yang menjadi kendala dalam penulisan artikel ilmiah adalah kurangnya referensi atau pustaka untuk memperkuat argumentasi tulisan.

Usaha penyebarluasan tulisan akhirnya dicoba untuk masuk ke dalam media massa, baik koran maupun elektronik. Dari beberapa artikel yang dikirimkan, alhamdulillah berhasil ditayangkan di media elektronik atau website partai politik. Bahkan, terhitung ada 2 (dua) buah tulisan saya yang masuk dalam rubrik kolom di website tersebut. Meski tanpa biaya pengganti apapun kepada penulis, secara pribadi sudah cukup bangga tulisan saya bisa masuk dalam rubrik kolom jajaran tokoh politik. Sedangkan untuk koran, perjuangan untuk menembusnya belum berhasil hingga kini. Tulisan lainnya, cuma terpampang dalam blog dan mailinglist atau forum virtual.

Beberapa lomba penulisan pun saya ikuti untuk ikut mengembangkan bakat, selain untuk menambah pendapatan. Dan salahsatu dari beberapa lomba tersebut, alhamdulillah tulisan saya diputuskan lolos seleksi dan nantinya akan dikompilasikan dalam sebuah buku. Sayang, sampai detik ini tidak ada kabar tentang proyek pembuatan buku tersebut. Hadiah yang dijanjikan pun sampai saat ini tidak pernah sampai ke tangan. Sungguh hal ini menjadi kenangan pahit dalam sebuah perjuangan penulisan.

Dinamika penulisan akhirnya muncul tanda-tanda kebangkitan. Hal ini mulai terlihat setelah artikel politik saya diadopsi dan disesuaikan oleh seorang professor dalam tulisan politiknya dan masuk dalam kompilasi tulisan sebuah buku politik yang kini sudah didistribusikan di toko-toko buku kenamaan. Meski bukan tulisan saya pribadi secara utuh, namun tetap menjadi kebanggaan pribadi jika tulisan dari seorang penulis yang masih berjuang ini diadopsi dalam tulisan seorang professor, bahkan dibukukan dan nama saya pun tertera disana, meski sekedar footnote sebagai referensi tulisan professor tersebut.

Pencapaian Harapan
Tak bisa dipungkiri, pencapaian harapan menjadi kolumnis muda bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan sangat susah. Tulisan yang masuk dalam ruang kolom media massa tentu saja mempertimbangkan aspek kualitas tulisan dan personalitas penulis. Data dan referensi yang lengkap, kuat dan ilmiah menjadi bagian yang sangat penting pada kualitas tulisan. Unsur personalitas pun tidak kecil pengaruhnya di media massa. Tidak jarang, personalitas bisa jadi diprioritaskan daripada kualitas demi kepentingan bisnis dan lainnya.

Terlepas dari itu, proses perjuangan ke arah pencapaian harapan pribadi harus lah tetap berlangsung. Komitmen pribadi untuk membangun masyarakat melalui tulisan pun harus kuat. Ini yang menjadi modal pribadi bagi proses perjuangan tersebut. Tentu saja, modal niat dan semangat tersebut dibarengi dengan usaha peningkatan ilmu dan wawasan penulis dengan mengikuti dinamika yang ada. Mungkin, harapan itu belum terlihat, namun proses perjuangan dalam pencapaian tersebut bisa jadi menjadi nilai tersendiri dalam upaya penyaluran ide dan informasi yang bermanfaat bagi sesama. Selama jiwa dan pikiran ini hidup, maka selama itu pula pencapaian harapan terus diperjuangkan.

“Fainna Ma’al ‘Usri Yusro”, firman Allah Swt dalam QS. Alam Nasyrah ayat 5, semoga bisa menjadi pemicu semangat kita dalam perjuangan di manapun, bahwasanya “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”, sebagaimana pepatah dari pejuang wanita kita, Raden Ajeng Kartini yang berbunyi “Habis Gelap, Terbitlah Terang”. Oleh karena itu, semangat perjuangan harus senantiasa kita pupuk dalam upaya pencapaian sebuah harapan, termasuk dalam perjuangan di bidang penulisan.

------------------------------------------------------
Tulisan ini merupakan bagian dari curhat sekaligus harapan. Tulisan ini diikutkan dalam lomba penulisan "Menulis Itu Mudah" di www.menulismudah.com.

3 Comments:

  • Bagus bang... lanjutkan
    Bangkit terus... jangan mau jatuh cuma gara-gara hadiah gak nyampe-nyampe, atau kalah nilai personalitasnya :)

    Btw kalo bisa jangan kebanyakan politiknya dong.... kalo bahasan politik itu lebih cenderung kearah opini pribadi yang terlalu subyektif..

    Coba bahas tentang IT, macromedia dreamweaver misalnya (dah pernah belajarkan)

    Ane juga lagi nyoba-nyoba nulis nih... Tapi gak pernah bisa pake bahasa formal kayak abang, knapa ya?

    ---
    Gandi wibowo

    By Blogger Gandi Wibowo, at 4:43 PM  

  • Gambar mata pena itu ya? Silakan...

    By Blogger Diya Nordin, at 11:22 AM  

  • Buat mba Diya,

    Makasih ya atas gambar nya ...

    Sukses selalu

    By Blogger Taruna, at 1:45 PM  

Post a Comment

<< Home