.: My Letters 4 My Life :.

04 May 2008

“Keunikan” PKB Cak Imin

Setelah melihat, mendengar dan membaca pergolakan PKB yang tiada abis, saya kira sepatah dua patah kata perlu dituliskan. Mungkin ini bisa bentuknya keluh kesah, kejengkelan atau semangat yang perlu ditumbuhkan lagi dari diri ini sebagai "pemerhati" politik NU, wabilkhusus di jagad PKB. Semuanya bercampur aduk. Dan yang menjadi ketertarikan untuk dituliskan di sini adalah sisi keunikan PKB Cak Imin. Ini terlepas dari keputusan resmi nanti nya, siapa yang sah menyandang pimpinan PKB.

Beberapa sisi keunikan PKB Cak Imin antara lain saat MLB di Ancol kemarin dihadiri oleh sebagian kyai sepuh NU yang notabene mereka itu sebelumnya melawan PKB (Gus Dur – Cak Imin) bahkan sudah mendeklarasikan partai baru bernama PKNU. Kyai sepuh yang dimaksud adalah KH Dimyati Rais (Kendal) dan K.H. Nurul Huda Djazuli (Ploso, Kediri). Apakah mereka berniat kembali ke PKB? Ataukah hanya sekedar memenuhi undangan Cak Imin saja untuk memberikan dukungan psikologis, seperti elit2 PBNU yang hadir juga di sana. Kita tidak tahu yang sebenarnya. Yang jelas, secara efek psikologis kehadiran mereka tentu saja memberi “kejutan” bagi para pecinta PKB di manapun, terlepas pendukung kubu ini itu.

Keunikan lain adalah cara penghormatan pro Cak Imin terhadap Gus Dur, yang berencana akan memasukkannya ke dalam struktur baru partai yaitu Dewan Mustasyar (meniru struktur NU). Yang jadi point, dewan baru ini tidak mempunyai kewenangan strategis atau mengikat, karena sifatnya hanya “ngemong” atau “menasehati”. Jadi kalau pun PKB Cak Imin yang menang (ini misalnya), Gus Dur yang dulu mereka benar2 jadikan “icon” dan “panutan” hanya menjadi “patung” di dalam partai. Usaha “mematungkan” Gus Dur ini semakin diperjelas dengan kehadiran pengganti Gus Dur di jabatan Ketua Dewan Syuro PKB Cak Imin yang baru, yaitu KH Azis Mansyur (Jombang).

Keunikan lain tentu saja adalah pola pelanggaran terang2an PKB Cak Imin terhadap khittah NU dengan mengkombinasikan orang2 struktural NU ke dalam LPP PKB. Mungkin niat dan maksud positifnya adalah merekatkan hubungan NU-PKB. Namun, bukankah PB NU secara tegas dalam muktamar NU memisahkan kedudukan PKB dan NU? Bukankah masih ada cara yang lebih elegan untuk merekatkan kembali NU/PKB seperti langkah cerdas Gus Dur mengadakan MASURA di kampung2?

Keunikan lain tentu saja jika PKB Cak Imin dinyatakan menang. Mengapa, karena sepanjang sejarah pergolakan kepemimpinan di PKB, selalu dimenangkan oleh kubu Gus Dur. Tentu bukan karena ketokohan Gus Dur semata, tapi tentu saja dengan melihat pendekatan hukum dan realitas politik yang ada. Pada kasus Cak Imin, bisa dibilang Cak Imin berjuang sendiri. Pendukung nya dari DPP tentu ada, tapi tak seberapa karena masih kalah banyak dengan pengurus dewan tanfidz di belakang Gus Dur, temasuk Dewan Syuro DPP juga dibelakang Gus Dur. Fraksi PKB di DPR pun dibelakang Gus Dur, termasuk DKN Garda Bangsa dan PPKB. Dan yang lebih serius adalah kepengurusan PKB Cak Imin yang baru pun masih menjadi tanda tanya, karena susunan itu hasil MLB tanpa melibatkan Dewan Syuro DPP.

Keunikan2 lain tentu lah ada, termasuk di kubu Gus Dur. Ya itu lah PKB, dilahirkan dengan berbagai keunikan. Bukankah keunikan itu kadang datang secara alami dan menjadi daya tarik tersendiri?

Kini, mari kita lihat babak baru pergolakan PKB di Depkumham dan KPU. Dan tentu dari relung hati yang paling dalam, bersatulah PKB ! Realisasikan semboyan mu dan tegakkan darma bakti mu untuk bangsa.

4 Comments:

  • Dari pengalaman Matori Abdul Djalil dan Alwi Shihab, tampaknya Muhaimin Iskandar akan bernasib sama. Selama Gus Dur masih ingin berpolitik praktis, selama itu pula PKB identik dgn Gus Dur.

    Btw Mas Maul ikutan yang mana nich? atau ada niat bikin PKB Ragunan :)

    By Anonymous Anonymous, at 1:22 AM  

  • Kalo menilik contoh yang sudah2, maka jika pertanyaannya soal siapa yang bakal menang, boleh jadi PKB Gus Dur yg bakal menang. Tapi apa memang mau dicukupkan sampai disitu saja? Menurut saya yg harus dinilai bukan siapa yg bakal memang bila ada perseteruan melawan Gus Dur. Tapi yang paling mendasar dari semua itu justru kenapa selalu ada pertentangan melawan Gus Dur? Jawabannya adalah, sebagaimana pernah diucapkan dan dipahami oleh orang2 yang pernah begitu dekat dengan Gus Dur, bahwa "Selama ada Gus Dur, di situ tidak akan pernah ada demokrasi". Jangan dulu tersinggung. Gus Dur memang salah satu tokoh Forum Demokrasi. Beliau sangat demokratis dalam menyikapi hal2 diluar dirinya, lingkungan dan komunitasnya. Tetapi begitu persoalan ada di belantara pesantren dan ke-nu-an. Beliau jadi seorang mega-egaliter yang tidak pernah tersentuh, disentuh atau tidak ada yg berani menyentuhnya. Dalam kondisi serba seperti itu, beliau menjadi terbiasa anggap enteng semua hal dan ,kata Pak Machfudz MD, tidak suka hal2 kecil dan detail. Maka manakala ada yg merasa diri kaum muda dan pengemban aliran modernis, maka sudah barang tentu akan againt face-to-face dengan beliau. Gaya pesantren yg sesungguhnya adalah yg dibawakan Gus Dur. Taklimul muta'allim tidak memberikan lahan sedikitpun bagi santri, murid, atau kaum muda untuk hak koreksi meskipun guru, ustadz, kyai, atau yg kita sepuhkan berbuat salah secara kasat mata. Itu tabu, kodo, gak ilok, tidak pantas, kurang prayoga. Iku bener tapi ga pener! Makanya ketika bermunculan para pembaru di lingkungan pesantren, saya sempat gelisah. Karena sikap2 sombong akan semakin banyak bermunculan ketika mereka, para pembaru, menilai orang tuanya salah dan patut ditegur dimuka umum. Karena visi seperti inilah, saya lebih suka kalo nu tidak berpolitik praktis. Wawasan pesantren tidak cocok dengan dunia politik. Meskipun tentu ada pula santri, atau ulama yg cukup elegan dalam berkiprah di dunia politik praktis. Wallahu a'lam.

    By Anonymous Anonymous, at 4:23 PM  

  • Terimakasih atas tanggapannya mas2 semuanya, termasuk buat mas aris yang bikin ngiri ama junior nya nih, kapan gantiannya ke luar :))

    Seberapapun penjagaan khittah itu diperjelas dalam aturan, namun tetaplah PKB berdarah NU. Tapi memang rule itu harus jelas dan tegas, sebagaimana yg terjadi di dalam pilkada2, mka siapapun struktural NU yg masuk jadi calon, "wajib" keluar dari kepengurusan.

    Untuk mas Aris, cukuplah tak ada kelompok2 PKB lagi ... tp klo PKB Ragunan udah ada mas [kayanya], tp itu ranting :)

    By Blogger Taruna, at 6:13 PM  

  • POKO'E GUS DUR MEMANG OK,

    OJO DIPECAH-PECAH PKB THO CAK IMIN?

    MELO' AE GUS DUR...

    By Anonymous Anonymous, at 12:29 PM  

Post a Comment

<< Home