.: My Letters 4 My Life :.

03 June 2008

Kembali, FPI Mencoreng Citra Islam dan Demokrasi

Minggu, 1 Juni 2008 sekitar pukul 13.00 WIB, iklim demokrasi dan keberagaman yang sehat di tanah air kembali tercoreng. Pada hari itu, tepatnya di sekitar Monas Jakarta, Front Pembela Islam (FPI) dan kelompok yang menggunakan label Islam lainnya kembali melakukan ulah berbuah anarkisme. Mereka melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat yang bergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), termasuk di dalamnya ada anggota dari komunitas ICIP dan The Wahid Institute, yang melakukan mimbar orasi tentang dukungannya terhadap kebebasan keyakinan yang dilakukan Ahmadiyyah. Terlepas dari proses perijinan kegiatannya yang bermasalah dari kedua pihak, kasus anarkisme tersebut perlu mendapat sorotan khusus bagi seluruh elemen bangsa yang cinta damai.

Apapun alasan dan siapapun yang menjadi subjek dan objek kekerasan, tentu perbuatan anarkisme tersebut tidak dibenarkan di depan hukum positif suatu negara. FPI sebagai subjek berdalih bahwa mereka yang diserang mendukung eksistensi Ahmadiyyah yang telah di-judge sesat oleh Bakorpakem dan fatwa MUI. Sedangkan AKKBB sebagai objek sudah barang tentu berdalih kebebasan berpendapat dan berserikat yang dijamin oleh konstitusi dan saat itu merupakan bagian dari ekspresi memperingati hari kelahiran Pancasila. Pada titik “sesat tidaknya” mungkin sebagian masyarakat bisa memahami karena ada prinsip2 dalam aqidah Islam yang tidak sesuai atau dilanggar, namun apakah disalahkan juga kalau ada masyarakat lain yang berpendapat berbeda?

Kalau pun masyarakat menyambut positif atas fatwa MUI atau keputusan Bakorpakem yang telah dikeluarkan, maka hal yang terpenting adalah bagaimana kondusifitas sosial dan keagamaan harus tetap terjaga dengan baik, bukan sebaliknya. Di sisi lain, pandangan atau klaim “sesat tidaknya” itu tentu bukan monopoli pihak mereka, karena pasti ada perbedaan pendapat di tengah2 sosial, apalagi status hukum atas fatwa MUI dan keputusan Bakorpakem tidak termasuk dalam urutan peraturan resmi di tanah air, yang mengikat seluruh warga negara.

FPI harus sadar diri, mereka yang menjadi korban bukan lah orang yang harus diserang, apalagi dianiaya. Tidak ada hukum dan argumen kuat yang menjadi pijakan. Dalam pandangan fiqh yang saya ketahui, kewajiban muslim menyerang atau upaya mempertahankan diri adalah tatkala diserang dulu oleh lawan, meski lawan kita kaum kafir sekalipun. Dalam sisi hukum negara pun, kebebasan berpendapat sudah dijamin keberadaannya. Tapi sungguh sangat ironis, FPI yang merasa (‘sok’) Islam justru menyerang mereka yang sebagian muslim juga dengan dalih mendukung yang “sesat”, terlebih sebagian dari mereka yang menjadi korban adalah ibu2.

Dimanakah perasaan dan cara berpikir engkau, anggota FPI? Mereka yang kau serang adalah saudara anda sendiri yang sekedar datang dan berkumpul kemudian ikut dalam orasi, ekspresi dan memberikan pendapat berbeda tentang Ahmadiyyah, bukan mengajak masyarakat untuk masuk ke Ahmadiyyah atau jalan yang di-klaim “sesat” lainnya. Tidak kah kau sadari bahwa mereka yang kau serang adalah juga saudara se-iman Anda juga? Kalau Anda merasa benar, datanglah dengan baik2 dan ajak juga dengan baik2, bukan memakai pentungan atau tongkat meski dengan jubah putih yang seakan2 putih pula sikap mu. Sungguh memilukan !

Dimanakah “daya nalar” engkau, anggota FPI? Agama seperti apa yang engkau bela, padahal Islam sangat menekankan adanya keharmonisan, rukun dan menghormati adanya perbedaan pendapat. Kalau Anda tidak suka atau merasa telah terjadi penodaan terhadap agama [Islam], baik yang dilakukan oleh Ahmadiyyah maupun kelompok2 pendukungnya, maka jangan ragu2 untuk mengajukan mereka ke Kepolisian dengan pasal2 terkait sesuai aturan yang ada, bukan menghakimi sendiri, apalagi menyakiti. Tetapi engkau tak peduli dan kembali menunjukkan keangkuhan dan kecongkakan-mu di depan publik dengan menyerang sesama saudara sendiri.

Atas kejadian tersebut, saya sebagai bagian dari anggota masyarakat sosial NKRI yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menyatakan :

1. Mengutuk keras seluruh perbuatan anarkisme yang dilakukan FPI di ranah NKRI, termasuk penyerangan terhadap warga masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada hari Minggu, 1 Juni 2008.

2. Polisi sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap keamanan masyarakat wajib melakukan penyelidikan terhadap kasus anarkisme tersebut. Pihak yang terbukti bersalah harus diberikan hukuman yang semestinya menurut hukum yang berlaku.

3. Kepada kelompok2 yang mendukung atau menolak terhadap keberadaan Ahmadiyyah diharapkan bisa menjaga diri dan tidak melakukan mobilisasi massa yang mengarah pada kerawanan keamanan sosial.

4. Kepada segenap saudara2 ku yang seiman se-Islam dan sebangsa setanah air dimohon tetap menjaga kondisi sosial dengan baik dan harmonis.

Demikian keprihatinan saya terhadap ulah FPI. Dalam benak saya, FPI lebih banyak membawa mudharat daripada maslahat untuk umat. Dengan adanya FPI, muslim terlihat garang, anti toleransi, agama menjadi simbolisme dan bersikap mau menang sendiri. Rasa nasionalis dan kekeluargaan yang baik di masyarakat, khususnya di Ibukota pun semakin berkurang dengan munculnya FPI.

Wahai FPI sadar lah. Coba introspeksi. Apa yang kau kontribusikan untuk tanah air? Pendidikan kah? Kalau ada, pendidikan yang seperti apa? Yayasan kah? Kalau ada, yayasan bergerak dibidang apa? Dakwah kah? Dakwah yang seperti apa? Dakwah radikal kah?. Lalu, cobalah sekali2 engkau dengar keluhan dan kritikan masyarakat Indonesia terhadapmu. Kalau Anda mendengar, pasti Anda tahu kalau sebagian mereka, termasuk sebagian muslim tidak mengharapkan keberadaan mu dan mereka pun tidak ingin agamanya tercoreng nama baiknya karena ulah mu. Coba lah berpikir positif meski sekali karena itu jauh lebih baik daripada bertindak seribu kali tapi anarki.

Demi bangsa Indonesia dan Islam yang cinta damai, katakan dengan tegas : “Peace Yes, Anarchy No”, “Islam Yes, FPI No”.

Jadi, “KATAKAN TIDAK PADA ANARKI”, “KATAKAN TIDAK PADA FPI”

Salam Kebangkitan,

15 Comments:

  • Katakan tidak pada sumber dajjal
    Katakan tidak pada AKKBB

    Katakan tidak pada penoda Islam
    Katakan tidak pada Ahmadiyah

    By Anonymous Anonymous, at 4:28 PM  

  • Kekerasan kembali lagi muncul di negeri ini. Sebenarnya kekerasan muncul akibat tidak ada ketegasan dari pihak yang berwenang dalam menangani suatu masalah, sehingga timbul konflik horisontal.
    Bila dilihat munculnya kekerasan yang dilakukan FPI adalah karena munculnya banyak kemungkaran yang semestinya segera diselesaikan oleh pihak berwenang, tetapi justru penyelesaiannya berlarut-larut. Sehingga sekelompok masayarakat yang tidak puas terhadap lamanya penyelesaian, melakukan tindakan sendiri. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa pihak asing yang tidak ingin kejayaan islam muncul dari Indonesia, melakukan segala daya upaya agar Indonesia hancur. Menjerat kebijakan pemerintah tunduk pada asing. Bisa dilihat dari kegamangan pemimpin bangsa yang selalu mengambil kebijakan pro barat. Selain itu juga tokoh-tokoh selalu mencoba menerapkan konsep pemikiran barat dengan mengatasnamakan humanisme, pluralisme dan demokrasi (sebut saja Gus Dur dkk). Mestinya Gus Dur yang katanya anaknya ulama besar, memberikan/mengajarkan pemikiran islam sesuai dengan Quran dan Sunnah (katanya ahlu sunnah wal jamaah), bukan justru mengadopsi pemikiran asing/barat (orientalis) dalam menerapkan islam.
    Seperti halnya penyikapan terhadap ahmadiyah. Semestinya Gus Dur paham bener tentang aliran (ahmadiyah)buatan kolonial inggris untuk memecah belah bangsa india. Memang sebagai manusia, mereka berhak beragama dan berkeyakinan, tetapi jangan mengatasnamakan agama islam. Karena dalam islam tidak ada nabi setelah Rasulullah Muhammad SAW. Kalo mau tetep eksis, sebut saja dengan Agama Ahmadiyah. Selesai sudah persoalan. Pasti FPI atau umat islam lain yang memiliki keimanan dan keyakinan yang benar, tidak akan menuntut pelarangannya.
    Dibalik kontroversi seperti yang dituliskan Kang Maul, ada pihak yang diuntungkan dari kejadian ini. Pemerintah akan sangat senang karena isu kenaikan harga BBM akan beralih pada isu FPI. Salah satu sumber terjadinya konflik juga bisa berasal dari masalah ekonomi (saat ini pemerintah benar-benar gagal mensejahterakan rakyatnya). Munculnya kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti AKKBB, juga bisa diciptakan karena ekonomi. Ada pihak yang membiayai (memberikan uang) agar isu yang diinginkan bisa muncul dan mendapat perhatian, disisi lain ada masyarakat yang butuh uang untuk makan. Maka klop lah terjadi kesepakatan untuk melakukan aksi atau gerakan.
    Dari pada memperjuangkan isu-isu titipan barat, menurut saya lebih baik bekerja untuk membantu mengentaskan kemiskinan rakyat. Lebih nyata dan dibutuhkan rakyat.

    HIDUP MAHASISWA
    DEMI TUHAN, BANGSA, DAN ALMAMATER

    By Anonymous Anonymous, at 8:17 AM  

  • Sewaktu kejadian tsunami di aceh, saya bertanya2 dalam hati...kemana FPI yg selama ini selalu diliput sepak terjangnya oleh media? apakah mereka cuma berani berperang? setidaknya, itulah gambaran FPI dalam benak saya. Gambaran itu terbentuk karena informasi dari media yang selama ini mengungkapkan
    bahwa FPI selalu menggunakan kekerasan.

    Dalam perjalan ke rumah di depok, hari itu juga pertanyaan saya terjawab. di pertigaan margonda - arief rachman, saya melihat orang2 berseragam FPI sedang mengangkut bantuan yang terdiri dari makanan, sandang serta peralatan lainnya. bekerja dengan pakaian putih, tanpa kuli satupun, mereka mengangkut semua barang2 kedalam truk besar. tak ada media disitu, padahal aktivitas mereka cukup mencolok dan jumlah yang diangkut pun cukup banyak. mereka bekerja tanpa banyak bicara, hanya pengeras suara dari masjid didekatnya mengumumkan bahwa saat itu truk akan langsung berangkat ke aceh.

    Sementara forum2 di internet banyak mempertanyakan andil FPI dalam membantu korban di aceh, bahkan disertai caci maki pula, mereka sudah bekerja tanpa liputan media apapun. Republika menyebutkan, di Aceh FPI mengerjakan hal yang paling ditakuti dan dihindari relawan, yaitu mengangkut mayat2 yang tersebar dan sudah mulai membusuk.

    FPI memang keras, mungkin ya. Cuma saya amati biasanya mereka mengirimkan surat terlebih dahulu ke aparat kepolisian setempat sebelum bertindak. jika seruannya diabaikan, baru mereka bergerak. kejadian di monas ini, adalah buah dari kelambanan pemerintah menuntaskan kasus ahmadiyah.

    By Anonymous Anonymous, at 8:37 AM  

  • Sebuah ironi....
    dari Bubarkan Ahmadiyah (pendusta Islam)
    menjadi Bubarkan FPI (pembela Islam)

    Sungguh cerdik skenario para pendusta Islam...
    Hanya Allah yang Maha Tahu atas segala perbuatan hambaNya

    By Anonymous Anonymous, at 3:52 PM  

  • MUI, Bakorpakem sudah memberikan judge secara pasti terhadap Ahmadiyyah sebagai aliran sesat, termasuk PB NU.

    Secara pribadi, pada tataran aqidah saya menyetujui mereka sesat, namun secara konstitusi RI, mereka tetap diberikan perlindungan hukum atas status nya sebagai WNI.

    Pada prinsipnya memang manusia itu terdiri dari putih dan hitam. Sehitam2nya manusia masih ada celah untuk diputihkan, baik terhadap FPI yang terkenal radikalnya maupun terhadap Ahmadiyyahnya yang di-judge sesat.

    Nah, karena "kadung" stigma masyarakat terhadap ormas tersebut begitu besar [dlm sisi negatif] termasuk karena track recordnya, maka keberadaannya menjadi dipertanyakan.

    Jadi, bubarkan keduanya kalau dimungkinkan juga bisa. Meski ini bukan jaminan solusi, namun bisa jadi bagian dari arah total solusi.

    Jadi, katakan tidak pada Ahmadiyyah
    katakan tidak pada FPI

    By Blogger Taruna, at 4:48 PM  

  • biasa aja tuh..
    memang gue juga nggak setuju kalau ada anarkhisme...
    tapi...yang lebih buruk adalah apa yang tidak nampak....
    siap-siap aja mas,..

    negara kita jadi mainan orang lain..he..he..he..

    By Anonymous Anonymous, at 7:39 PM  

  • makanya klo mau berbuat sesuatu dgn cara yg benar dan beradab.. ini negara hukum cing, sama maling aja kita gak boleh 'main hakim sendiri'.. FPI malah 'main hakim rame-rame'.kayak preman aje..

    By Anonymous Anonymous, at 9:29 AM  

  • jangan menilai dari luarnya, FPI adalh sosok ormas yang perlu dibanggakan, penegak amar ma'ruf , dan tindakan mereka udah sesuai prosedur, taapi kalau yang namanya ahmadiyah itu memang ajaran yang sesat, masih mendingan kalau di negara RI ini cuma digebukin, coba kalau ahmadiyah hidup semasa Shahabat, bisa-bisa di perangi , kaya mustailamah al kadzab dan pengikutnya yang murtad, jadi sudah jelas orang islam yang telah mengikuti nabi palsu, maka mereka telah murtad dari agama islam

    By Blogger heri, at 2:26 PM  

  • satu lagi bro, perl diingat, kita itu hanya sering menilai luarnya aja, tapi tidak pernah melihar akar permasalahnnya, jika FPI berbuat seperti itu awalan, FPI udah mengingatkn, ke 2 udah lapor aparat, namun jika kedua-duanya tidak ditanggapi lagi, maka FPI bertindak, n saya kira, yang paling tidak suka dengn FPI adalah mereka yang banyak berbuat kemaksiatan dan juga mereka yang merasa diuntungkan dengan kemaksiatan mereka. orang yang berakal sehat tentunya akan bangga dengan FPI,karena keberanian mereka memberantas kemaksiatan, kepada FPI teruskan perjuanganmu memberantas kemaksiatan di negeri ini, kami bangga dengan perjuanganmu...............Aaaaaalllhu akbar

    By Blogger heri, at 2:37 PM  

  • untuk heri

    Saya bangga kepada siapapun yang berdakwah, namun dengan tujuan dan metode dakwah yang baik pula.

    Kalau kita telusuri nash di dalam Al-quran, maka kita diwajibkan berseru untuk berjalan di dalam garis dakwah dengan cara yang baik pula, bukan dengan tindakan2 yang seakan2 menghakimi sendiri.

    Kalau tindakan fisik termasuk perang itu memang terjadi pada masa Nabi yang saat itu perang.

    Kemudian, Anda salah besar jika yang tidak mendukung FPI adalah yang suka kemaksiatan. Coba tanya ulama2 di MUI, NU dan Muhammadiyah atau ormas di Indonesia lainnya, berapa prosentase yang suka cara kerja FPI. Saya yakin akan sebaliknya. Jadi mari berdakwah dengan cara yg baik pula.

    Kekerasan ideologi yang dilakukan Ahmadiyyah dibalas dengan kekerasan fisik oleh FPI tentu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi keyakinan itu bs semakin kuat.

    Sekarang SKB pembekuan kegiatan sudah keluar. Mari menjaga kondisi bangsa dengan baik. Meski SKB bukan bagian dari urutan peraturan resmi bangsa, namun warga Ahmadiyyah wajib mentaati atas nilai2 nya. Kalau tidak, maka urusan pemerintah dalam hal follow-up posisi organisasinya dan umat di bawah harus menjaga diri.

    By Blogger Taruna, at 5:18 PM  

  • buat bro heri..
    anda indonesia bgt yah, selalu ada aja kata "masih mending", "untung cuma", dsb dsb.. jd selalu nemu aja perbuatan yg lebih buruk dr yg buruk. yo wis lah, sakarepmu..

    By Anonymous Anonymous, at 8:50 AM  

  • Saat FPI melakukan anarki dengan gagah Anda mengucapkan : KATAKAN TIDAK PADA ANARKI, KATAKAN TIDAK PADA FPI.

    Barusan massa PKB Pro Gus Dur melakukan anarki. (http://www.detiknews.com/ read/2008/ 08/19/184906/991064/10/ ratusan-kader-pkb- pendukung-gus-dur- rusak-kantor-dpc- garut) apakah Anda juga berani melakukan hal yang senada : KATAKAN TIDAK PADA ANARKI, KATAKAN TIDAK PADA PKB PRO GUS DUR.

    Oh, nanti dulu. Mereka anarki karena ada sebabnya ! Ok, kalau demikian lihat paragraph kedua tulisan Anda :Apapun alasan dan siapapun yang menjadi subjek dan objek kekerasan, tentu perbuatan anarkisme tersebut tidak dibenarkan di depan hukum positif suatu negara.

    Jika Anda tidak berani mengambil sikap yang sama, saya cuma berdoa semoga Gus Maul cepat dewasa. Demikian.

    By Anonymous Anonymous, at 2:19 PM  

  • Salam,

    Memang benar, tidak ada asap klo tidak ada api. Tapi saya pikir, sikap saya sudah jelas sekali seperti dalam tulisan.

    Anehnya, Anda belum apa2 sudah menghakimi pemikiran orang. Mungkin bisa dimaklumi karena Anda hanya bisa sedikt mengenal jiwa ini dari virtual.

    Salam MERDEKA

    By Blogger Taruna, at 10:31 PM  

  • Tentu saja saya tidak sedang menghakimi siapapun, termasuk Gus Maul.

    Saya cuma bertanya. Lihat kalimat inti komentar saya dimulai dengan kata tanya : APAKAH Anda bla, bla, bla.

    Bahkan JIKA Gus Maul tidak berani bersikap seperti saat bersikap kepada FPI pun, saya tidak mengikutinya dengan kalimat penghakiman. Saya cuma ingin mendoakan Gus Maul.

    Matur Nuwun.

    By Blogger Surawan Tri Atmaja, at 8:40 AM  

  • Kedewasaan lahir secara alami, dan huruf yang diketik disini pun sebijak apapun tulisan, tidak menjamin berkorelasi langsung dengan kedewasaan manusia.

    Pendapat adalah "maqam" pribadi, dan kedewasaan bukan "maqam" orang per orang, apalagi lahir dari subjektifitas.

    Orang akan tau sendiri, siapa yg lebih dewasa dalam bersikap

    By Blogger Taruna, at 11:23 PM  

Post a Comment

<< Home