.: My Letters 4 My Life :.

20 October 2008

Catatan di Jogja - Minggu II

Salam,

Minggu ke-2 merupakan minggu tempaan saya dalam menghadapi berbagai “suka duka”. Kenapa tempaan? Karena di sini lah letak “uji eksistensi” jiwa saya mulai muncul, bertahan atau tidak? Betah atau tidak? Ya, minggu ke-2 menjadi warna tersendiri dalam perjalanan ini. Yang jelas, bagaimanapun harus terus “berjuang” sampai waktu “penghabisan”.

Beberapa hal yang menjadi catatan saya adalah sebagai berikut :
1.Pekerjaan
Dalam minggu kedua, sudah terlihat “ke-jumud-an” dengan sistem yang ada. Maklum, model pekerjaan yang digeluti sekarang berbeda, mungkin mendekati angka 179 derajat perubahannya dengan pekerjaan sebelumnya. Antisipasi atas kondisi ini, mencoba mengasyikkan sendiri dengan kondisi yang dipunya, seperti laptop. Syukurlah, kini sudah ada “dukungan” dari pusat. Maturnuwun.

Oh ya sekedar berbagi info, alhamdulillah di minggu ke-2 selain menerima kunjungan tamu biasa –reguler-, ada 2 kunjungan khusus yang datang ke Museum Perjuangan/Sandi, yaitu Para Pejabat Sandi di tingkat Pemprov/Pemkab/Pemkot se-Jawa dan Sumatera paska mengikuti paparan dari “Orang Sandi Pusat” Lemsaneg di Kepatihan dan kunjungan Para Kepala Dinas/Pejabat/Eks Pejabat di lingkungan kota Jogja (tamunya orang Keraton). Yang jadi perhatian, kunjungan khusus di atas adalah di luar jam dinas, sehingga harus standby di hari tersebut.

2.Jalan-jalan
Alhamdulillah, pada minggu kedua sudah bisa melakukan perjalanan sendiri dengan perantara “TransJogja”, senilai 6000 pp. Dengan tiket 6000 pp tersebut, saya kira cukup representatif untuk bisa mengenal berbagai “ranah Jogja” di berbagai sudut. Yang menjadi perhatian, kawasan Jogja kini di-”kuasai” para pemilik sepeda motor. Dengan kata lain, program “Sego Segawe” atau Sepeda Kanggo Sekolah dan Nyambut Gawe yang baru saja diresmikan ternyata kurang direspon secara positif dari berbagai elemen Jogja.

3.Makanan
Kini, untuk konsumsi makanan keseharian, alhamdulillah saya sudah punya langganan tersendiri di sekitar Museum Perjuangan/Museum Sandi. Enak tur murah, ya itu pilihan saya. Masakannya pun bervariasi, yang jelas, nasi gudeg tidak pernah ketinggalan.

4.Pergaulan
Astaghfirullah, itu yang membuat hati ini berdenyut. Jogja bak surga untuk muda-mudi saling berkenal-kenalan, baik yang secara positif –untuk menjadi sahabat, sampai ke jenjang nikah- atau yang sekedar mencari kepuasan “nafsu”. Menjadi kewajaran –kata anak Jogja- kalau hal2 yang sifatnya “tabu” kemudian dilakukan di Jogja. Ya, Jogja saya nilai tingkat pergaulan muda-mudinya melebihi Jakarta. Ya Allah, lindungi saya. Saya adalah hamba-Mu yang lemah juga, kuatkan iman hamba-Mu ini ya Allah, seraya mohon petunjuk dan jalan-Mu yang lurus.

5.Aktifitas Lain
Aktifitas lain seperti biasa di rumah kontrakan. Cuci, mandi, main komputer, tidur, beribadah, ya itu rutinitas di dalam rumah. Sepi, ya memang sepi karena sendiri. Ini juga menjadi ujian tersendiri dalam kehidupan. Tak biasa, karena kehidupan sebelumnya bersama rekan2 yang lucu, “cerewet”, pintar dan mengasyikkan. Kini berubah, meski baru 2 minggu, tapi sangat terasa sekali. Jadi kangen nih ama anak2 Kontrakan Bahagia di pojokan Ragunan -Arif, Aryadi, Wildan, Jaka, Ival dll-

Brontokusuman, 19 Oktober 2008

Salam Sukses,
A. Maulana al-Brebesy

0 Comments:

Post a Comment

<< Home