.: My Letters 4 My Life :.

08 December 2016

Demo(krasi) Kita Hebat


Dalam beberapa tahun ini, pesta demokrasi kita cukup cemerlang terlaksana. Prosesnya lancar, acara pesta pun aman. Yang menjadi soal, tidak lebih dari hasil pesta yang tidak memuaskan semuanya. Wajar, alam demokrasi, memberi ruang perbedaan pendapat dan pilihan politik pd individu2, ada yg berlapang dada, ada yg tidak.

Tahun 2014 pada Pilpres RI kemarin, mmg sangat mencolok soal segmentasi politik warga, baik pd tingkat elit, sampai masyarakat kaum bawah. Segmentasi politik tsb memunculkan potensi kerenggangan persatuan dan kesatuan serta tersumbatnya komunikasi yg lancar. Meski demikian, alhamdulillah, situasi masih aman dan kondusif serta keutuhan NKRI tetap terjaga.

Dibanding pilpres AS 2016 bberapa yg lalu, situasi pasca pilpres kita waktu itu sejatinya lebih bagus, tanpa anarkisme, tanpa ancaman pemekaran wilayah, tanpa demo yang tidak habis, serta lambat laun sebagian sudah bisa menerima. Dan sekarang, ikut bergandengan dgn pemerintah utk membangun negeri ini.

Urusan berdemo pun, dlm artian unjuk rasa di lapangan, kita lebih hebat. Dengan ratusan ribu yg turun ditengah jalan, terbukti sampai dengan selesainya waktu (resmi) demo, semuanya aman dan tertib. Terlpas dari berbagai motivasi individu2 yg hadir pada saat itu, sejatinya kesadaran berdemokrasi kita lebih bagus. Menyampaikan aspirasi sesuai aturan, sesuai konstitusi.

Dlm waktu yg bersamaan, ujian demokrasi di ranah ibukota jg terus terjadi. Terdekat, proses pilkada DKI, yg pestanya pada Februari 2017 mendatang. Sang petahana mendapatkan ujian hukum yg luar biasa. Dengan menyandang predikat tersangka, entah putusan akhirnya bagaimana, bisa jadi ini faktor terbesar yg mengecilkan peluang kemenangannya. Bisa jadi dia masih kuat, bisa jadi terkikis habis, hilang suaranya.

Melirik proses Pilpres AS yg jalani Hillary Clinton, sedikit ada kesamaan berproses dengan petahana DKI. Hillary sedari awal cukup kuat dlm memenangkan kursi di Gedung Putih, survey2 pun memposisikannya mengungguli calon lain, Donald Trump. Analisis yg ada, Hillary kesandung kasus email yg dibangkitkan kmbali oleh FBI. Ybs diduga pakai server email pribadi saat berdinas dlu (Menlu AS), tdak pakai server federal (resmi). Terkesan urusan sederhana, kecil tp ini disinyalir faktor kuat kekalahannya. Kasus email tsb dianggap menghentikan momentum kemenangan Hillary. Dan terbukti, Hillary kalah suara dibanding Trump, 218 vs 276.

Begitu pula soal petahan DKI skrg. Akhir 2015 atau awal 2016, petahana begitu kuat, sangat kuat, bahkan belum ada yg berani mencalonkan DKI-1 saat itu. Nama2 yg beredar juga belum punya basis masa yg real. Sang petahana begitu populer dan diklaim banyak meraih pujian prestasinya. Tapi siapa sangka, utk sekian bulan, penghujung 2016, anggapan itu berbalik. Faktor kasus hukum yg mendera ybs skrg ini, bisa jadi yg akan menjungkirbalikkan di awal kondisi tsb. Meski demikian, kita tidak bisa menjamin ujung nasib politik Hillary dan Petahana DKI ini sama. Karena bagaimana pun, pendukung sang petahana masih cukup solid dan kuat.

Kabar baiknya, Sang petahana pun siap dengan konsekuensi hukum, siap diproses, dipidana, bahkan dipenjara. Ybs menyerahkan pd proses hukum. Begitu pun sebaliknya, semoga pihak2 lainnya bs menerima hasil akhir putusan hukum dan hasil akhir pilkada DKI nanti. Ketika semuanya berlapang dada dlm proses hukum, sejatinya kita bagian dari pengawal kejayaan NKRI. Iklim demokrasi pun ttp terjaga dengan baik.

Wallahu a'lam bish shawab

Cinangka, 17-11-2016

0 Comments:

Post a Comment

<< Home