.: My Letters 4 My Life :.

08 December 2016

Soal (Ber)Politik (Partai)



Sedikit curhat sy saat otw dini hari ke brebes. Dlm ber(main) politik, pd era skrg ini, partai2 sudah tdk lg benar2 menjaga marwah dan ideologinya dgn baik. Sistem demokrasi skrg yg masih men-dewa-kan parpol, sering kali dlm realitasnya slalu membuat kejutan yg kdg diluar rel alur politik, bukan hsil sistematika kaderisasi atau jalur berpolitik yg normal. Pd akhirnya, kepentingan pragmatis dan kekuasaan lah yg jdi panglima motivasinya.

Maka tdk heran, klo pdip dki - jg golkar- yg awalnya (bulat) menolak ahok lalu berubah haluan, gerindra-pks yg kompak beda haluan ama anis saat pilpres, kini malah diusungnya, dan tentu sj gebrakan demokrat cs mengusung bintang muda TNI, agus esbeye, ke area pilgub dki mnjadi sedkit byk benak pertanyaan ttg parpol dan kaderisasi.

Bagi orang2 yg suaranya terjebak (menyatu) dlm suara parpol atau loyalis partai, mk (mgkn) tidak susah utk mengarahkan dukungannya, tetapi bgi yg outsider alias diluar (kader), tentu ada beberapa sisi pertimbangan. Ada yg mengukur dr sisi pengalaman dan kinerja, ada yg (fokusnya) soal agama atau suku, ada pula soal perilaku. Ini tentu sj hak2 individu dki yg akan memilihnya. Diluar itu, kalau lah tdk ada yg sreg, tdk memilih pun jg sisi hak yg lain alias golput. Kondisi golput bs jd soal pertentangan (ideologi) diri dg pilihan (politik) partai dll.

Soal ini jg kadg jadi obrolan temen2 di kantor, sosmed dll. Mmg rada sensitif tp klo diskusi dgn kepala dingin dan hati tenang, insyaAllah semuanya baik2 aja. Meski ujungnya ttap sepakat utk tidak sepakat. Misal teman saya si A, merasa kesamaan iman point plg penting, teman saya si B melihat sosok Ka da ini lebih pd personality. Bs jadi si B ini lebih mengarah pd kepribadian, kejujuran, kinerja dll, tp si A jg bs jadi merasa soal keimanan nomer 1 dibanding personality atau bs jadi soal iman itu bagian personality yg utama. Wallahu a'lam, semuanya diserahkan ke masing2.

Kalau pun sukar memilih dri calon yg ada dan hak suara kita tdak mau disia-siakan, ada seorang teman nahdliyin saya berseru soal kaidahnya (nama partai saya hiddenkan), kurang lebih begini:

"Apabila ada dua bahaya maka pilih yang paling ringan. Soal kepemimpinan juga pilih dari partai yg lebih ringan bahayanya dr partai tertentu. Karena ada partai tertentu terbiasa pakai politik dua standar alias standar ganda. Partai yg dimaksud tidak ramah dengan tradisi yang bisa juga ujungnya tidak ramah ramah lingkungan".

Bagi saya, kaidah ini bs jadi pertimbangan utk menyalurkan hak politik di wilayah mana saja, bg yg belum yakin atau masih ragu2 dg pilihan politiknya, terutama temen2 nahdliyyin.

Selamat ber(tafakur) politik

Wallahu a’lam bish shawab

#renungandinihari
#brebes08102016

0 Comments:

Post a Comment

<< Home