.: My Letters 4 My Life :.

08 December 2016

(Taklukkah?) Kuasa Ahok



Membahas Ahok (panggilan dari Basuki Tjahaja Purnama), Gubernur DKI saat ini (skrg lg cuti Pilkada), memang tidak akan pernah habis. Baik di ruang kerja, langgar/surau/mesjid, warung makan/kopi, sampai dunia maya /sosmed. baik jdi obrolan masyarakat kelas bawah sd kelas menengah keatas. Ya ini tidak terlepas dr sosok dan kerjanya. Ini mengingatkan sosok alm Gus Dur yg dlu juga begitu primadona dalam news, tentu saja tidak terlepas dari pro kontra di tengah masyarakat. Menganalogikan disini bukan barang tentu sama tingkatan dan profil orangnya. Tidak. Ini soal “ramenya” bahasan aja, minimal utk saat ini.

Melihat jejak rekamnya, saya bisa katakan, Ahok salahseorang etnis tionghoa dr belitung yg sukses dalam karir sipil, termsuk aktifitasnya dlm parpol. Pada usia 38 tahun (tahun 2004), ybs berhasil jadi ketua dpc ppib, lalu masuk anggota DPRD, dan jadi bupati belitung timur (2005), masuk ke rumah rakyat (dpr) dr golkar tahun 2009 lalu berhasil tembus jadi wagub dki tahun 2012 (dr calon pdip/gerindra), dan meneruskan pak Jokowi jadi gub dki (sd sekarang). Dari karir kepartaian jg cukup cemerlang, baik di PPIB, Gerindra maupun Golkar. Kecerdasan dan performa nya dalam bekerja "membius" para elit partai "kesengsem" dengan sosoknya.

Pengalaman sbg anggota legislatif dan eksekutif di Kabupatennya (belitung timur), menjadi bekal perjuangannya di Jakarta, baik sbg DPR RI maupun Wagub DKI, dan bisa dikatakan dlm 2 tahun tsb relatif berhasil dalam memberikan kepuasan pelayanan warga di ibukota (survey SMRC, Poltracking, 2016), selain juga soal komitmennya dlm membangun Jakarta yg lebih indah, lebih sehat dan bebas korupsi. Meski demikian, sudah menjadi rahasia umum, cara berkomunikasi Ahok dianggap menjadi kelemahan tersendiri, khususnya soal proses penggusuran. Pemprov DKI dianggap kurang dlm pendekatan (manusiawi) ke warga. Soal se-sensitif apapun, menjadi dilema ketika dihadapkan dgn seorang Ahok, yang berbasis data dan aturan positif bermasyarakat/berbangsa.

Kini memasuki ujian baru bagi politik Ahok. 2 tahun jadi gub DKI dengan segudang prestasi dan kompleksitas PR, Ahok kini maju lagi jadi cagub DKI 2017-2022. Meski banyak masyarakat yg pro, tpi tidak sedikit yg kontra, utamanya musuh politiknya pasca pilkada DKI thn 2014. Masyarakat yg kontra pun dri berbagai level, yg utamanya lebih pada soal politik. Solusi2 yang ditawarkan dari kasus2 penggusuran dll pun tidak barang tentu langsung diterima. Mereka melihat Ahok lebih mementingkan fisik, tp tidak membangun manusianya. Ya cara pandang orang berbeda2. Rusunawi dimanusia satu dinilai bagian dari memanusiakan orang, diotak orang lain, belum tentu.

Dan minggu2 ke depan, bisa jadi menjadi ujian sekaligus hukuman tersendiri bagi seorang Ahok. Akibat dr lontarannya soal "pembohongan" orang dlm memilih dengan QS almaidah, tak henti2nya desakan dan tuntutan dirinya ditangkap dan diadili. Ya inilah konsekuensi berdemokrasi dalam negara hukum. Semua yg dianggap bermasalah, harus diproses hukum, secara jelas, tegas dan tranparan. Desakan terbaru, pada 4 Nop kemarin, ratusan ribu umat muslim melakukan unjuk rasa disekitar Istana Merdeka dan Jl Medan Merdeka menuntut proses penyelidikan Ahok dipercepat secara tegas. Positifnya, Ahok siap menerima konsekuensi hukum jika dipidanakan dan dipenjara. Tapi dirinya tidak mau mundur dr kontestasi Pilgub DKI. Ya bisa jadi ini pelajaran hidup yang luar biasa bagi seorang Ahok.

Bagi lawan politik Ahok, mungkin kasus ini diharapkan jadi momentum takluknya panggung politik Ahok. Dan bagi sebagian masyarakat pegiat demokrasi, berharap Ahok tetap berlanjut ke pentas demokrasi, untuk bertarung melawan para bintang politik DKI saat ini. Apapun putusan akhir atas hukum dan politik atas Ahok serta adanya perbedaan tafsir para ulama atas kasus tersebut, semoga peristiwa ini membawa hikmah bagi semuanya, soal menjaga lisan dan hati kita, untuk menjadi manusia yang selalu berbaik sangka, rendah hati dan berhati-hati dlm berucap/bertindak.

Ihdinash Shirothal Mustaqim
Wallahu a'lam bishowab

Cinangka, Sawangan, Depok, 6 Nop 2016

0 Comments:

Post a Comment

<< Home