.: My Letters 4 My Life :.

20 September 2006

Met Berpuasa 1427 H

Dasar Puasa : Surat Al-Baqarah 183







Baca selengkapnya ...

19 September 2006

Menengok PKB Saat Ini :
Sebuah Otokritik Wadah Politik Berbasis NU

Tulisan ini khusus untuk para simpatisan/kader PKB



PKB kini memang tidak sepenuhnya solid ... karena sampai sekarang konflik secara kultural di elit PKB belum berakhir ... Semuanya perlu waktu, tenaga dan apapun agar semua bisa kembali harmonis ...

Sayang, dalam proses ke arah harmonisasi, sebagian oknum berbicara bahwa massa atau simpatisan PKB akan pindah ke partai lainnya ! Aneh dan sangat merugikan bahkan mengkhianati jiwa PKB ... mereka tidak tahu bahwa idealisme massa PKB sangat tinggi ...

Mereka juga meminta Gus Dur -sang deklarator PKB- untuk keluar demi dalih kembali bersatu ... It’s Impossible, karena saat ini, PKB masih membutuhkan Gus Dur, He’s the King ... kecuali untuk beberapa tahun kemudian dengan sistem manajerial partai yang sudah baik dan sistem kaderisasi yang sudah matang

Kawan seperjuangan ...
Proses hukum sudah final dengan keluarnya keputusan Menkuhham, diperkuat MA. PKB secara sah di pimpin Gus Dur dan Cak Imin, tetapi jiwa kebersamaan itu belum juga tumbuh ... kenapa Kawan ?

Solusi terbaik memang semua harus duduk bersama ... Gus Dur ... Kyai2 Langitan ... Pengurus DPP .. juga pihak Cak Anam .... tapi ternyata tidak gampang ...



Kawan, kalau kita ingat waktu pendirian dulu ... maka kejadian sekarang ini adalah sesuatu yang kembali membuat guru2 kita pada bersedih hati dan memilukan .... khususnya kepada kyai2 kita yang ikut berkiprah dalam pembentukan partai ini.

Anda sudah tahu orang2nya dibalik layar PKB waktu itu? Kalau belum, berikut ini adalah guru2 kita waktu awal pembentukan PKB dan posisinya waktu itu, tahun 1998.
• KH Ma'ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU)
• KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU)
• Dr KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU)
• HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU)
• Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU).
Nama2 diatas adalah tim lima yang dibentuk PB NU untuk memenuhi aspirasi warga NU dalam membentuk partai aspirasi warga NU.

Ada juga tim Asistensi, berikut ini orang2nya yang berkiprah langsung dalam pembentukan PKB :
• Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU)
• H Muhyiddin Arubusman
• H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc.
• Drs. H Abdul Aziz, M.A.
• Drs. H Andi Muarli Sunrawa
• H.M. Nasihin Hasan
• H Lukman Saifuddin
• Drs. Amin Said Husni
• Muhaimin Iskandar.
Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.

Lalu, siapakah deklarator PKB ? Lihatlah guru2 kita di bawah :
• K.H. Munasir Ali
• K.H. Ilyas Ruchiyat
• K.H. Abdurrahman Wahid
• K.H. A. Mustofa Bisri
• K.H. A. Muhith Muzadi

Saudaraku semuanya ..
Sudah jelas bukan ... jika Anda ingin memajukan NU di jalur politik maka PKB lah wadah yang harus kau bangun kawan ...

PKB adalah juga aset NU ... Ia harus dijaga, dirawat dan dipelihara terus ... tidak semestinya konflik terus terjadi demi sebuah kedudukan, popularitas atau lainnya..

Mari bersama kembali, Kawan .....


Baca selengkapnya ...

11 September 2006

Jika Gus Dur Tercuci Otak



Sudah menjadi rahasia umum bahwa sosok Gus Dur menjadi salah satu tokoh penting dalam percaturan bangsa Indonesia, baik pra maupun pasca reformasi. Ketokohannya pun bersifat multidimensi karena bidang yang digelutinya sangat beragam. Hal ini bisa kita lihat dari sepakterjangnya, baik sebagai pucuk pimpinan NU selama 3 (tiga) periode, Ketua Fordem, Budayawan, Pucuk Partai Politik sampai pernah menjabat sebagai RI 1 di negeri ini. Namun yang tidak kalah pentingnya dalam ketokohan Gus Dur adalah pemikiran beliau yang sangat membumi dan sebagian pemikirannya dianggap suatu yang kontroversial. Di antara pemikiran beliau adalah wacana seputar Pribumisasi Islam, Pluralisme, Sekularisme, Liberalisme dan Nasionalisme. Pemikiran inilah yang mendudukkan Gus Dur sebagai salah satu pemikir yang terkenal di negeri ini.

Hal menarik lainnya adalah bahwa Gus Dur bukanlah individu dengan pemikiran yang sebatas ”Dari, Oleh dan Untuk” Gus Dur semata. Gus Dur ibarat sebuah lembaga masyarakat dengan basis masa yang kuat dan heterogen. Sebagian dari Anda mungkin sudah tahu, bahwa pendukung Gus Dur tidak hanya berasal dari kalangan anak-anak yang suka sesuatu yang lucu, karena Gus Dur suka bergurau namun pendukung Gus Dur sungguh variatif dari orang awam, pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat sampai pejabat-pejabat di negeri ini pun sebagian adalah pendukungnya. Hal lainnya yang memungkinkan kesulitan dalam pemetaan pendukung Gus Dur adalah mereka bersifat lintas suku, golongan, partai, agama, bahkan bangsa. Hal ini memang menjadi sesuatu yang wajar terjadi pada tokoh-tokoh bangsa, seperti pada Ir. Soekarno dan lainnya. Namun pada poin tulisan ini, bukan jumlah pendukung yang akan kami bahas, melainkan efek dari perubahan pada pemikiran Gus Dur jika itu benar-benar terjadi. Apa saja efek dari perubahan pemikiran yang dimaksud?

Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini bukanlah sesuatu yang benar-benar reliastis, melainkan suatu bentuk perandaian atas sesuatu yang bisa menjadi bahan pertimbangan atau perbandingan terhadap arah perjalanan bangsa ini. Gus Dur menjadi objek yang diambil dalam tulisan ini karena menurut penulis, basis massa Gus Dur lah yang paling kompleks di negeri ini dengan segudang ilmu dan pengalaman yang ada.

Selama ini Gus Dur dikenal sebagai salah satu tokoh demokrasi yang menganut paham demokrasi dan sekularisasi. Secara sederhana, istilah sekularisasi di sini diartikan sebagai paham yang menganut pemisahan antara urusan agama dan urusan negara. Paham ini tentu saja sangat menyedot perhatian di kalangan muslim, baik dari kalangan muslim fundamentalis maupun muslim moderat lainnya yang bersebarangan dengan Gus Dur, termasuk dari sebagian warga Nahdliyyin sendiri. Gus Dur juga dipandang sebagai pembela kaum minoritas, namun dilihat oleh sebagian muslim di tanah air justru dipandang sebagai pembela kaum kafir.

Memang, secara harfiah, kata kaum minoritas di atas tidak jauh berbeda artinya dengan kaum kafir yaitu identik dengan kaum non muslim, yang di dalamnya ada umat Kristiani, Kong Huchu, Hindu, Budha dan lainnya. Namun penggunaan istilah pembela kaum kafir tentu saja bukan istilah yang tepat pada sosok Gus Dur dan lebih jauh lagi bisa menjadi fitnah. Hal ini dikarenakan sepak terjang sosok Gus Dur yang tidak mengenal sekat-sekat atau eksklusivisme, melainkan konsep pluralisme (keberagaman) dan inklusivisme. Ia berpikir dan bergerak sepanjang bersifat konstitusional dan menegakkan hak-hak sebagai warga secara keseluruhan sepanjang tidak melanggar ketentuan agama. Sayangnya, keyakinan Gus Dur ini terkadang tidak bisa dipahami oleh sebagian rakyat Indonesia dan hal ini lah yang memicu kontroversialisme di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Kerjasama dengan Israel, dukungan beliau terhadap langkah Inul, ketidaksetujuan beliau terhadap langkah umat berjihad langsung di Palestina atau Irak, keyakinan beliau terhadap Pancasila sebagai final choice sebagai dasar negara, dukungan beliau terhadap kebebasan dalam berpikir dan memilih keyakinan merupakan sebagian dari buah persepsi Gus Dur dalam konteks berbangsa dan bernegara. Setiap persoalan beliau baca dari sudut konstitusional bangsa dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Tentu saja tiap persepsinya belum tentu bisa dibaca dan dicerna oleh warga atau masyarakat umumnya, termasuk penulis sendiri.

Pertanyaannya, bagaimana kalau Gus Dur tercuci otaknya? Dengan kata lain, bagaimana kalau pemikiran beliau berbalik 180% dan beliau masuk dalam jajaran tokoh Islam Fundamentalisme di Indonesia?

Jika perandaian di atas terjadi, Anda bisa melihat bahwa sebagian besar pemuda Islam, khususnya para pemuda dan kyai-kyai NU berboyong-boyong untuk berjihad langsung ke daerah konflik perang Israel-Hizbullah di Lebanon, Irak, Palestina dan lainnya. Gus Dur menjadi pemimpin perang di sana dan imam yang disegani karena sebagian dari massa NU mungkin lebih patuh kepada Gus Dur daripada garis struktural NU. Pada posisi ini, ormas Islam seperti NU tentu akan kehilangan kendali karena susahnya mengontrol massanya yang berjuta-juta itu. NU dan bangsa ini juga harus siap-siap kehilangan kader-kader terbaiknya yang sedang berlaga di medan perang. Yang menyedihkan, mereka hanya bermodal niat dan tidak dilengkapi dengan keterampilan dan senjata yang memadai. Jadi mereka seakan pergi hanya untuk mengharap mati? Sungguh hal ini bukan menjadi pilihan yang terbaik karena jihad tidak selalu diidentikkan dengan terjun langsung menjadi relawan perang, melainkan usaha yang sungguh-sungguh untuk bekerja demi kebaikan, baik diri sendiri maupun masyarakat luas. Kalau pun kita tidak cukup bermodal untuk perang, doa pun merupakan bagian dari ikhtiar kita.

Selain itu, arah bangsa tentu jelas akan dibawa Gus Dur ke dalam sistem kekholifahan Islam. Meskipun beliau berada di luar pemerintah namun peran dan pengaruhnya tidak bisa diabaikan, bahkan di dalam jajaran pejabat negara pun Gus Dur memiliki pendukung setia. Pada posisi ini, Gus Dur tentu merekomendasikan agar semua menteri harus berasal dari Islam. Kaum muslim seakan berjaya, kaum non muslim dianaktirikan bahkan mungkin dipinggirkan. Padahal ini sebuah diskriminasi yang tidak sejalan dengan konsep Islam yang ”rahmatan lil ’alamin”.

Efek perubahan lainnya tentu saja akan terjadi ribuan bahkan jutaan masyarakat Indonesia untuk berboyong-boyong keluar dari negeri ini dan meminta suaka perlindungan negara lain karena keyakinannya dan hidupnya diancam oleh sebagian masyarakat Indonesia yang lain. Atau bisa juga, warga Kristiani, Khong Hucu dan kaum minoritas lainnya yang ada di Indonesia tidak bisa mendapatkan haknya untuk bersuka cita di hari rayanya.

Mungkin dari Anda menganggap efek perubahan di atas sesuatu yang terlalu dilebih-lebihkan atau sesuatu yang tidak realistis dari perandaian yang tidak realistis. Anda bisa benar, tetapi siapa sangka, efek di atas juga bisa terjadi karena kita tahu semua akan peran dan posisi Gus Dur selama ini. Siapakah tokoh di bangsa ini yang mempunyai pendukung se-setia pendukung Gus Dur dengan jumlah yang cukup banyak dan siap setiap saat?. Atau siapakah tokoh di negeri ini yang selalu dijadikan tempat curhat dan dukungan dari kaum minoritas di negeri ini?. Atau siapakah tokoh di negeri ini yang mempunyai basis pendukung paling heterogen?. Gus Dur lah jawabannya.

Gus Dur memang bukanlah manusia suci di negeri ini, yang tidak mempunyai kesalahan atau kelemahan. Tetapi, paling tidak, bagaimana kita memposisikan sosok Gus Dur di negeri ini sebagai apa, sudah cukup jelas, bukan? Wallahu’alam Bis Showab

Jakarta, 11 September 2006.


Baca selengkapnya ...

08 September 2006

Meniti Kreatifitas, Memecah Kesunyian

Hari-hari ku dalam kesunyian memang belum sirna. Mata ini kadang berkaca-kaca di saat mengingat saat2 indah yang lalu dan ingin berkata kepada “curahan hati“-ku bahwa aku masih sayang kamu dan InsyaAllah terus menyayangimu. Mungkin tinggal menunggu waktu yang pas tentang berakhirnya masa kebersamaanku dengannya .. ya tinggal nunggu waktu yang pas saja….karena memutuskan sesuatu yang datang secara baik-baik, perginya juga harus dengan baik pula. Syukurlah, my heart juga bisa memahami tentang hal ini. Kami sudah sepakat, jika memang keputusan terbaik dari-Nya adalah tak berhimpun, maka langkah terbaik kita adalah mengikhlaskan semua kepada-Nya… yang penting, kami sudah berusaha untuk menjaga hubungan sebaik–baiknya.

Dalam kondisi demikian dan jika memang “semuanya kan berakhir”, maka aku sebaiknya berpikir dan bertindak lebih bijak. Usiaku masih muda … tidak baik terpaku dengan permasalahan yang mendera tetapi juga jangan lari dari suatu kenyataan …dan terus mencari jawaban yang baik juga benar. Di sisi lain, waktu-ku masih terbentang lebar untuk eksplorasi ilmu yang ada, entah itu apa .. yang penting berguna minimal buat sendiri. Masalah calon istri mungkin belum saatnya, tetapi proses ke arah sana tentu jelas ada, wong namanya juga “penyempurna ibadah”. Ada juga yang menganalogikan nikah dengan “surga dunia”, jadi siapa yang tidak menginginkan “keindahan” dan “kenikmatan” itu? Tentu saja aku mau. Namun, tentu saja dalam “kemandirian” itu, aku juga mendoakan kepadanya bahwa dia bisa segera mendapatkan calon terbaik dan bahagia bersamanya.

Kini selain bekerja rutin di birokrasi, ada banyak pekerjaan lain yang mesti diperhitungkan. Sebut saja, tugas kuliah yang menumpuk di kampus tercinta , karena ada Tugas Mandiri dan naskah tutorial tertulis, seluruhnya harus diserahkan kurang lebih 1 bulan lagi, padahal jumlah matkul yang saya ambil ….ehmm.. lumayan buaanyak, udah gitu, ngga gampang karena perlu percobaan banyak dan penuh perhitungan. Kegiatan lain tak kalah pentingnya adalah jadi staf admin situs MASPI . Namun karena masih banyak data dukung yang belum lengkap, jadi update nya juga tidak begitu padat.. ya sekedar monitor saja, termasuk di milist resmi MASPI dan email sekretariat MASPI . Kegiatan2 insidentil ada juga sih, misal pertemuan warga KOMMIT dan yang lainnya .

Mudah2an semuanya berjalan lancar dan aku bisa bangkit kembali dari “keterpurukan” selama ini.

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Wr Wb.


Baca selengkapnya ...

06 September 2006

Bila Petunjuk-Nya Tidak Sesuai Harapan ...



Ku ingin menjaganya ya Allah
Ku ingin berhimpun dengannya ya Allah
Ku ingin menyempurnakan ibadahku dengannya ya Allah

Tapi mengapa ya Allah ....
Petunjuk-Mu saya rasakan berbeda
dan ini diperkuat dengan seorang ulama yang saya hormati
Ulama yang sangat saya muliakan
dengan rekomendasi hasil istikhorohnya...

“Jalan kalian tidak berjodoh”

Ya Allah, Ya Rabb
Berat bagi saya menerima ujian ini
Kami sama-sama menyayangi
Kami sudah saling mengenalkan diri
dan Kami berencana untuk langkah2 ke depan

Ya Allah, Ya Rabb
Saya hanya teringat dengan doa istikhoroh yang saya panjatkan :

“Wahai Tuhanku, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu memilih mana yang baik menurut pengetahuan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu untuk memberi ketentuan dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon anugerah-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa dan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, Engkau Yang Maha Mengetahui akan hal yang ghaib.

Wahai Tuhanku, jika Engkau ketahui, bahwa sesungguhnya perkara ini (memilih calon istri) baik untukku dalam agamaku, kehidupanku dan baik akibatnya, maka tetapkanlah perkara itu untukku, kemudian berilah berkah kebaikan untukku. (Tetapi), jika Engkau ketahui, bahwa sesungguhnya perkara ini jelek bagiku dalam agamaku, kehidupanku dan jelek akibatnya, maka jauhkanlah ia dariku dan jauhkanlah aku dari padanya serta tetapkanlah apa yang baik untukku di mana saja berada, kemudian jadikanlah aku rindu dengannya”.


Jika memang “tak berhimpun” adalah jalan terbaik dari Mu, ya Allah
Saya akan berusaha ikhlas ....
Jujur, saya tidak suka dengan sifat cengeng ya Allah
Tapi air mata kadang tak terbendung mengingatnya

Berilah kekuatan pada kami Ya Allah karena tidak ada daya dan upaya selain atas ijin-Mu
Laa Khaula Walaa Quwwata Illa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adziim

Saya yakin, ada hikmah atas segala sesuatu yang ditunjukkan oleh-Mu

Astaghfirullaahil 'Adziim, ampuni kami ya Allah ..


Baca selengkapnya ...