.: My Letters 4 My Life :.

14 September 2005

Perjalanan Panjang [1]



Episode I : Tentang Kelahiran dan Kotaku

Brebes, 08 Maret 1982, itu lah tempat tanggal lahirku. TTL ini lah yang selalu saya jadikan "referensi" tiap ada form TTL bagi saya. Nama kota seperti Brebes, mungkin bagi sebagian orang sudah terasa akrab di telinga, maklum disanalah "Sumber Produksi Telor Asin dan Bawang Merah" yang sering dijadikan lahan basah bagi para pedagang sayur mayur atau pedagang2 lainnya. Bahkan, distribusi produk andalan ini tidak hanya tersebar luas di kalangan lokal, tapi juga sudah merambah ke luar.

Kota tercintaku ini mempunyai 17 kecamatan, salahsatunya Kecamatan Bulakamba, yang saat ini keluarga besarku diami di sana, lebih tepatnya lagi di Desa Petunjungan RT 04 RW III No 153, Bulakamba - Brebes. Sebagai anak dari keluarga besar petani, saya pun tidak luput dari proses kehidupan "bercocok tanam", hingga musim panen. Kegiatan ini sungguh menjadi kenangan tersendiri bagi saya yang saat ini sedang merantau untuk bergulat dalam birokrasi pemerintahan dan bidang lainnya di "Kota Metropolitan".

Secara ekonomi, keluarga ku tergolong pas-pasan, karena tidak berlebih harta, juga tidak tergolong tidak punya. Semuanya berjalan apa adanya sesuai dengan niat dan jerih payah orang tua. Dalam catatan Kartu keluarga, ku tercatat sebagai anak ke-4 dari 5 bersaudara, meski ku terlahir sebagai orang ke-5 dari 6 bersaudara, karena kakak tertuaku sudah meninggal di saat masih bayi. Tak masalah bagi saya karena aku bisa memakluminya. Itu hanya formalitas kependudukan, yang jelas aku sadar, aku lahir sebagai anak ke-5 dari rahim Ibu ku.

Alhamdulillah, saat ini, saat ku menulis episode I "perjalanan panjang" ini, kedua orang tua-ku masih diberikan kenikmatan dan usia. Juga saya bersyukur, 2 dari 3-kakak ku sudah menikah. Mereka sudah pada berpenghasilan sendiri, meski tidak tetap. Sebagai adik, ku terus berdoa mereka selalu diberikan kelancaran dalam usaha, juga bagi keluarga besar saya. Tentunya aku juga terus berusaha membantu mereka, terutama untuk Ortu sesuai dengan kemampuanku. Sedangkan adikku, sekarang lagi duduk di kelas 1 SLTP, ku pun tak lupa untuk terus memompa semangatnya untuk belajar dan menjadi yang terbaik.

Nantikan episode II tentang "Masa Kecil ku"


Baca selengkapnya ...

Sang Khaliq


Dia-lah Allah yang Maha Agung
Tiada kuasa selain atas kuasa-Nya
Tiada daya selain atas Daya-Nya
Pada-Nya segala-galanya

Dia-lah yang Wahid
Tak ada yang sebanding dengan-Nya
Penggenggam hidup mati makhluk
Kepada-Nya kita kembali


Baca selengkapnya ...

[Prakata] Perjalanan Panjang

Assalamu'alaikum wr wb,

Sebagaimana pepatah berbunyi, "Orang yang bijak adalah orang yang tahu akan sejarah dan mengambil hikmah dari sejarah itu untuk perbaikan di masa yang akan datang". Ini lah yang menjadi ispirasi bagi saya untuk melakukan setback tentang diri saya dan apa yang sudah dan belum saya perankan untuk kehidupan ini. Mungkin bak pepatah "makan asam garam", pengalaman saya tentang sesuatu hal masih sangat terbatas dan tentunya saya berharap tiap detik hidupku semakin bernilai. Kecintaanku kepada bangsa, mudah2an selalu memompa jiwa ini untuk terus bergerak maju.

Dalam "perjalanan panjang" ini, saya bagi dalam beberapa episode, dan mungkin tidak semuanya bisa terangkum dalam ruang maya ini, namun Insya Allah apa yang tertulis bisa merepresentasikan perjalanan hidup saya yang sebenarnya. Dinamisasi hidup biasa melanda tiap jiwa yang hidup, begitu juga diri saya. Oleh karena itu, dalam pergerakan, perjuangan, perjalanan dan pergolakan saya, pasti akan mengalami perubahan dan bagaimana perubahan itu tetap berjalan pada landasan yang semestinya.

Landasan perjuangan bagi saya adalah jiwa, yang kokoh tertanam dan membumi serta terus tumbuh dalam tiap perubahan. Apa landasan hidup saya ?? Silahkan Anda mencari sendiri "jiwa hidup" itu dalam tulisan perjalanan panjang saya ini.

Selamat Membaca, Semoga Berguna !


Baca selengkapnya ...

09 September 2005

Kritik atas Wajah Eksklusivisme Da’wah

Dinul Islam

Oleh : A. Maulana *

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang kepada yang munkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung”
(QS Ali Imran : 104)

Sebagaimana kandungan ayat di atas, bahwa amar ma’ruf nahi munkar merupakan amanat kita dalam menjalankan hidup di dunia ini. Oleh karena itu, amanat tersebut menjadi pesan inti dalam berda’wah bagi siapapun juga, asalkan tetap dalam bingkai mencari ridho Ilahi. Kegiatan da’wah yang seperti itulah yang akan selalu di dukung umat dan eksis dalam membangun umat secara keseluruhan. Namun, harapan terwujudnya masyarakat yang kuat baik iman, akhlak maupun tingkah laku belum sepenuhnya bisa tercapai secara merata dan berkeadilan. Hal ini dikarenakan ada semacam pola gerakan da’wah yang terjadi pada masyarakat muslim Indonesia sekarang ini yang berkesan eksklusivisme.

Pola eksklusivisme pada gerakan da’wah di masyarakat muslim Indonesia memang sudah tidak asing lagi dalam pendengaran kita, terutama masyarakat muslim kota berpendidikan. Namun, seiring perkembangan situasi dan kondisi masyarakat kita, pola atau sifat gerakan da’wah tersebut hanya menjadi wacana saja yang kadang timbul dan kadang tenggelam. Dalam artian hanya berupa anggapan, pendapat atau asumsi yang tidak harus dibuktikan kebenarannya meskipun sebagian masyarakat muslim kita sudah ada yang terang-terangan ‘berkutat’ dalam kondisi pro-kontra berikut argumennya masing-masing. Bahkan sebagian lagi (khususnya yang ikut dalam khalaqoh dan kharoqah) masih mencari dasar apakah benar pola da’wah yang dilakukannya selama ini bersifat eksklusif atau hanya sekedar pernyataan ‘bual’ saja yang sengaja dihembuskan oleh umat lain karena ketidaksenangan kepada mereka? Ini memang perlu dikaji lebih lanjut sebagai upaya pencarian terhadap metode yang efektif dan objektif dalam rangka pembangunan umat secara menyeluruh (totality society building).

Pada dasarnya, tulisan ini hanya menyajikan sebuah kritikan terhadap realitas pergerakan da’wah yang terjadi di masyarakat muslim Indonesia sekarang ini, termasuk pengaruhnya dalam pembangunan umat. Gambaran yang disampaikan nantinya hanya merupakan persepsi penulis semata berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang mungkin masih jauh dari pepatah “makan garam” . Tentu saja, pengkritikan ini dilandasi rasa kecintaan penulis terhadap makna dan inti ajaran da’wah yang sesungguhnya demi kemaslahatan umat sesuai dengan ajaran Al Quran dan Hadist.

Secara definisi, kata eksklusif mengandung arti istimewa, khusus, berbeda atau terpisah dengan yang lain. Sedangkan eksklusivisme adalah pandangan atau paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat luas. Sedangkan realitanya bahwa pergerakan da’wah masyarakat muslim Indonesia, khususnya di kota-kota besar dan lainnya yang warganya berpendidikan, sebagian besar memang masih mempunyai kecenderungan “mengelompokkan diri” secara terpisah di dalam komunitas muslim Indonesia yang sangat beragam dan banyak jumlahnya ini, meskipun seringkali disampaikan secara eksplisit atau tertulis bahwa objek atau sasaran dari berbagai acara yang digelar itu (da’wah) untuk masyarakat umum.

Beberapa indikasi yang mengarah pada pola “pemisahan diri” itu antara lain bisa dilihat pada para pembicara da’wah yang berasal dari golongannya sendiri (satu kharoqah, partai), materi acara yang lebih diarahkan untuk membangun image golongannya sendiri, jama’ah dengan karakteristik unik atau berbeda dengan masyarakat pada umumnya (misalnya berjenggot panjang, panjang celana di atas mata kaki, dan lainnya) dan juga tempat kegiatan da’wah yang kurang populis atau dikenal oleh masyarakat (tetapi perkembangannya sekarang ini sudah cukup banyak yang dilaksanakan di masjid-masjid).

Jadi sulit bagi kita untuk memungkiri bahwa kharokah atau pergerakan da’wah sekarang ini – yang dimotori oleh kalangan anak-anak tarbiyah – masih terkesan eksklusif. Bahkan pada posisi dan waktu tertentu, acara tersebut sangat bernuansa politis, dalam artian mendudukkan acara sebagai bagian dari perjuangan partai untuk memperkuat dan meningkatkan basis massa partai, tentu sasaran akhirnya meningkatkan jumlah suara dalam pemilihan umum. Hal ini tentu sah-sah saja karena tidak ada aturan pemerintah yang mengatur secara khusus tentang penggunaan sarana da’wah bagi kepentingan partai tertentu.

Menurut penulis, hal utama yang menyebabkan munculnya pola eksklusivisme di atas adalah adanya perbedaan besar pada pandangan, budaya, pola pikir, tindakan, termasuk yang berkaitan dengan ibadah yang dibawa oleh golongan masyarakat tertentu dengan kondisi atau realita pada masyarakat sebelumnya. Kondisi perbedaan antar golongan yang bersifat terbuka (langsung berbaur di masyarakat) tentunya akan menerima implikasi langsung oleh masyarakat, yang biasanya berupa respon negatif karena sulit untuk menerima “barang baru”. Oleh karena itu, upaya untuk membawa da’wah seperti yang diinginkan ke dalam masyarakat umum dilakukan tahap demi tahap, yang pada awalnya tidak menampakkan langsung ke masyarakat sampai benar-benar masyarakat setempat yakin bahwa mereka tidak mengganggu bahkan berusaha membantu masyarakat itu sendiri, dan juga biasanya dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil (sering disebut dengan khalaqah) yang terdiri atas satu murobbi (pengajar) dan beberapa orang saja yang menjadi murid, namun sambil mencari orang lain untuk menjadi anggota baru. Tentunya semua itu dengan pendekatan yang ekstra hati-hati agar tidak muncul persepsi negatif di tengah-tengah masyarakat terhadap gerakannya.

Sebagai sarana pembangunan karakter umat (society character building) - dalam hal ini umat Islam -, keberadaan khalaqoh atau perkumpulan da’wah memang sangat strategis. Dengan jadwal yang rutin, pembicara yang mumpuni, tempat khalaqoh yang luas dan nyaman (biasanya di masjid), agenda acara yang jelas dan terpadu serta hal-hal lainnya yang membuat kerasan jama’ah, khalaqoh menjadi sarana yang efektif dalam memperkuat dan memperdalam unsur ukhrawi jama’ah. Namun kegiatan tersebut juga bisa melebar menjadi sarana pembentukan kader partai yang handal untuk regenerasi dan konsolidasi atau pemantapan partai. Tentunya hal ini bukanlah niat yang baik dalam usaha membangun umat karena selain bernuansa eksklusif atau untuk kalangan tertentu saja (satu golongan atau partai), tetapi kadang juga mendistorsi cakupan nilai da’wah yang sangat banyak dan universal.

Alasan utama “menolak” eksklusifisme da’wah adalah adanya pengingkaran atau penolakan atas hak-hak individu (umat Islam) - baik yang dilakukan terang-terangan atau sembunyi - yang dilakukan oleh kelompok atau khalaqoh tertentu untuk ikut membangun nilai Islam (pengetahuan Islam, akhlak dan lainnya untuk meningkatkan nilai ukhrawi) secara bersama-sama dengan unsur umat Islam lain (yang tidak satu golongan, partai). Pengingkaran atau penolakan ini bisa ditemui dalam diskusi da’wah, media massa, acara-acara muhasabah dan lain-lain. Meskipun secara eksplisit terbuka untuk umum, tetapi pada hakikatnya itu hanya kemasan luar belaka yang sebenarnya bersifat terbatas dan ingin menarik jamaah sebanyak-banyaknya. Hal yang paling transparan dalam unsur eksklusivitas mereka adalah pernyataan atau kalimat yang menyatakan bahwa kegiatan tersebut untuk kalangan terbatas. Terbatas dalam hal ini adalah hanya untuk jama’ahnya mereka sendiri padahal, hak atas ilmu apapun merupakan hak tiap orang sehingga secara langsung khalaqoh tersebut membatasi hak umat dalam menuntut ilmu, terlebih ilmu-ilmu yang menunjang nilai keukhrawian. Dengan kata lain, setiap kegiatan da’wah sepatutnya benar-benar bisa dinikmati oleh umat secara merata dan jauh dari sifat diskriminasi terhadap umat atau golongan lain.

Dengan demikian, pergerakan da’wah yang kita butuhkan dalam membangun umat secara keseluruhan adalah pergerakan da’wah yang mempunyai pola efektif dan objektif. Gerakan da’wah yang benar-benar berlangsung dengan sistematis dan menyeluruh serta jauh dari pola diskriminasi umat sehingga tidak sekedar mengajak masyarakat dari lingkungan dalam kelompoknya sendiri, melainkan langsung berbaur pada masyarakat luas. Tentunya hal ini bisa terealisasikan jika niat segala kegiatan da’wah pada kita hanya untuk mencari ridho Allah swt semata dalam membangun umat yang akhlakul karimah.

Wallahu A’lam Bis Showab

*Anggota Komunitas Muda untuk Indonesia Bangkit (KOMMIT)


Baca selengkapnya ...

Tips Bermain Catur

Olahraga

Oleh : A. Maulana

Tips berikut ini diperuntukkan bagi para pecinta / pemain catur yang sudah tahu posisi dan fungsi2 anggota pada catur :

1. Lakukan pembukaan dengan baik, biasanya pembukaan yang baik dengan pion pada posisi tengah barisan atau di depan raja sebanyak 1 atau 2 langkah.

2. Selanjutnya, lakukan pola permainan dengan baik :
a. Tiap mau melangkah, lihatlah terlebih dahulu posisi kita, apakah ada yang terancam atau tidak
b. Jika terancam, nilailah baik buruknya sebaik mungkin kalau kita memakannya (kalau bisa) atau menghindarnya. Kalau menghindar, cari posisi yang benar2 aman (tidak dalam keadaan bahaya/terancam), namun tetap diusahakan lebih menguntungkan
c. Jika posisi kita tidak dalam keadaan terancam, lakukanlah strategi penyerangan.
d. Usahakan penyerangan mulai dilakukan dengan menggunakan menteri atau barisan menteri lainnya. Jika tidak bisa, gunakan pion sebaik-baiknya.
e. Penyerangan diusahakan dengan menggunakan langkah2 yang strategis dan benar2 menguntungkan.
f. Langkah penyerangan difokuskan untuk mematikan raja lawan, dimana setiap langkah penyerangan memperhatikan point a
g. Jika penyerangan tidak bisa dilakukan, usahakan langkah2 pertahanan dengan cara memperkuat posisi kita, misalnya dengan memback-up posisi2 anggota kita yang strategis atau mencoba menghadang pergerakan lawan.

3. Lakukan permainan sebagaimana pada poin 2 sampai selesai, hingga lawan benar2 terpojok dan berujung pada kondisi raja mati di skak.. Jika kondisi kita yang terpojok, usahakan sebaik mungkin keadaan itu bisa terbalik, atau minimal dalam keadaan remis dengan memperhatikan point 2.

Selamat Mencoba !


Baca selengkapnya ...

KOMMIT, NU dan PKB

Politik

Seiring era reformasi bergulir dari mulai tahun 1998 sampai sekarang, jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama (NU) terus melakukan penataan internal di berbagai bidang. Kiprahnya untuk turut serta dalam pembangunan bangsa juga tidak sedikit. Sebagai organisasi keagamaan terbesar di tanah air dan bagian dari komponen bangsa, NU dituntut untuk senantiasa menjaga moral umat berada pada jalur yang semestinya, yaitu sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam ahlussunah wal jama’ah serta keragaman dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu bagian penting dari kiprah NU pada era reformasi adalah terbentuknya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang telah melalui proses panjang dengan melibatkan tokoh-tokoh NU, khususnya di PB NU. Bahkan waktu itu, K.H. Abdurrahman Wahid sebagai deklarator PKB juga masih menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz PB NU. Kelahiran PKB yang dibidani oleh PB NU ini diharapkan dapat menjadi wadah perjuangan politik segenap warga Nahdliyin pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk turut serta membangun bangsa dalam mencapai cita-cita bangsa yang diharapkan.

Dengan melihat faktor sejarah, emosional dan kultural, keberadaan PKB memang tidak salah kalau disebut sebagai partainya warga Nahdliyin meskipun PKB merupakan partai terbuka. Meski demikian, untuk menjunjung tinggi nilai demokratisasi di tanah air, maka hak-hak politik warga Nahdliyin dibebaskan untuk memilih partainya sendiri. Maka tidak heran kalau suara yang bisa didulang PKB dari warga NU pun tidak begitu banyak, ini terbukti pada pemilu tahun 1999 dan 2004, PKB hanya dapat suara berkisar antara 10% - 15%. Jumlah suara ini pun merupakan gabungan dari warga NU dan non-NU (Islam atau non-Islam). Bahkan secara kuantitatif, suara PKB semakin merosot pada pemilu tahun 2004 dan tidak tertutup kemungkinan angka suaranya akan berkurang pada pemilu-pemilu berikutnya kalau tidak diantisipasi dari sekarang.

Analisa yang bisa dapat kita ambil atas kondisi tersebut bahwa peran PKB di mata masyarakat selama ini kurang membumi atau belum menyentuh lapisan masyarakat sampai paling bawah sehingga keberadaannya belum bisa dipercaya sebagai wadah aspirasi yang diharapkan. Hal yang demikian seharusnya menjadi pelajaran bagi segenap kader dan pengurus PKB bila ingin terus eksis dalam percaturan politik bangsa, tentunya tidak hanya disadari tetapi juga langsung dilakukan peran aktif di tengah-tengah masyarakat dan tidak hanya bekerja pada waktu-waktu menjelang pemilu saja.

KOMMIT sebagai organisasi yang dibentuk oleh massa yang secara kultural berlatar belakang Nahdlatul Ulama tentunya dengan segenap potensi dan sumber daya yang ada, berusaha untuk ikut andil dalam membangun umat (Nahdliyin) serta perbaikan-perbaikan di berbagai bidang. Dalam bidang politik, dengan memperhatikan faktor ikatan kultural, sejarah dan emosional serta nilai-nilai Islam ahlussunah wal jamaah, sangat disadari bahwa PKB merupakan wadah aspirasi yang sangat tepat bagi warga Nahdliyin dalam menyalurkan aspirasi politik.. Oleh karena itu, disamping sebagai organisasi yang memelihara nilai-nilai Islam ahlussunah wal jama’ah, KOMMIT juga diharapkan bisa menjadi perekat hubungan antara NU dan PKB sekaligus menjaga eksistensinya secara tidak langsung di dalam masyarakat kita.

Peran KOMMIT yang tidak ringan ini tentunya sangat memerlukan kerjasama dan dukungan yang baik dari segenap warga PKB dan Nahdliyin pada umumnya. Terlebih dalam hal percaturan politik, membutuhkan kerja yang ekstra keras untuk membangun image partai yang baik dan akhirnya bisa dipercaya sebagai wadah aspirasi politik masyarakat.

Tentunya, rasa optimistis kita terhadap kejayaan NU/PKB pada masa-masa mendatang harus dibarengi kerja nyata dari sekarang dengan melihat kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara prioritas. Kalau tidak, mungkin sejarah PKB akan tenggelam seiring perkembangan waktu. Menyakitkan, bukan?

* Warga KOMMIT, yang komit kepada NU/PKB


Baca selengkapnya ...

Refleksi 1 Tahun Perjalanan KOMMIT

Oleh : A. Maulana [1]

Menginjak usianya yang pertama, yang jatuh pada tanggal 25 September nanti, KOMMIT atau Komunitas Muda untuk Indonesia Bangkit sebagai organisasi kaum muda yang berlatar belakang Nahdlatul ‘Ulama (NU) selayaknya melakukan introspeksi diri sebagai pencerminan untuk melangkah lebih jauh. Memang satu tahun bukanlah waktu yang tepat untuk mengukur kinerja, apalagi prestasi sebuah organisasi, namun setidaknya bisa memberikan gambaran terhadap arah dan garis perjuangan organisasi di masa depan.

Kalau kita mau menengok historinya, KOMMIT mulai dirintis pada bulan Juni 2004, tepatnya tanggal 12 Juni 2004, yang dibentuk oleh sekelompok Nahdliyin Muda sebagai upaya untuk mensinergikan potensi-potensi warga NU yang mungkin selama ini tidak diberdayakan sekaligus untuk ikut serta dalam menjaga dan membangun NU dari jalur non-struktural. Ide terbentuknya organisasi KOMMIT mulai muncul di Sekretariat Inkopontren, Cipete, Jakarta Selatan. Nama KOMMIT pun dicetuskan di sana oleh Sdr Ahmad Sauki [2] . KOMMIT, yang awalnya merupakan singkatan dari Komunitas Muda Indonesia Bangkit, sekarang menjadi Komunitas Muda untuk Indonesia Bangkit, diharapkan menjadi suatu forum kebangkitan bersama kaum muda NU menuju pada terciptanya masyarakat NU dan Bangsa Indonesia yang adil, damai dan sejahtera. Beberapa nama Nahdliyin muda yang pertama kali terlibat dalam forum tersebut adalah Anwar, Ahmad Sauki, Rochland Yoseph, Muhammad Maghfur, Zuhriyanto dan lainnya, termasuk saya sendiri.

Seiring perjalanan waktu dan proses konsolidasi anak-anak muda NU yang berkesinambungan melalui dunia maya, akhirnya KOMMIT bisa dikukuhkan sebagai organisasi melalui Musyawarah Besar yang diselenggarakan di Yayasan Fisabilillah, Pondok Gede, Bekasi pada tanggal 25 September 2004. Selain nama KOMMIT, forum juga berhasil menyusun visi, misi dan logo KOMMIT. Logo ini didesain oleh Sdr. Mukhlisin [3] . Meski demikian, visi, misi dan logo tersebut tidak tertutup kemungkinan untuk dilakukan modifikasi agar sesuai dengan tujuan organisasi, seperti halnya struktur organisasi.

Salah satu hasil penting lainnya adalah dikukuhkannya Sdr Anwar [4] sebagai Direktur KOMMIT pertama, sedangkan jajaran pengurus lainnya diserahkan sepenuhnya kepada Direktur. Sebagai apresiasi terhadap langkah pembentukan dasar-dasar organisasi tersebut, maka tanggal 25 September kiranya pantas disebut sebagai tanggal lahir berdirinya KOMMIT.

Layaknya seorang bayi yang baru lahir, KOMMIT pun belum bisa berkiprah banyak dalam pembangunan umat dan bangsa sebagaimana visinya yaitu “menjadi komunitas unggulan yang memberi inspirasi dan motivasi serta berperan aktif dalam pembangunan bangsa demi kemaslahatan umat”, terlebih struktur organisasi KOMMIT yang belum terbentuk secara penuh dan dana organisasi yang belum memadai.

Sebagai langkah awal, KOMMIT terus berusaha aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bernuansakan “majelis” NU, seperti pengajian dan dialog dengan para tokoh NU/PKB. Tak lupa, sosialiasi KOMMIT terus digalakkan pada berbagai kesempatan, terutama melalui dunia internet. Meski keanggotaan KOMMIT sebagian besar diisi oleh orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya di kantor, alhamdulillah hal ini tidak begitu menghalangi lancarnya kegiatan KOMMIT. Saya yakin, ini dilandasi niat dan tulus ikhlas dalam jiwa-jiwa Nahdliyin untuk turut serta dalam membangun umat. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan KOMMIT pada tahun 2004 adalah berpartisipasi secara aktif dalam Mubes NU di Cirebon. Meski acara ini bagi sebagian warga NU dinilai “aspal” karena tidak ada dalam AD/ART, namun KOMMIT memandangnya sebagai forum komunikasi warga Nahdliyin yang ingin mengekspresikan sikap dan pandangannya untuk menuju pada tercapainya NU yang bersih, maju dan mandiri.

Peran KOMMIT dalam kegiatan NU lainnya setidaknya bisa dilihat pada Muktamar NU ke-31 di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah akhir tahun 2004 lalu. Dalam muktamar tersebut, meski dengan kekuatan yang terbatas, alhamdulillah KOMMIT beserta komunitas NU lainnya di luar negeri (seperti NU-Nihon, NU Mesir dan lainnya), bisa ikut berpartisipasi melalui stan NU-Net. Lebih dari itu, kegiatan ini diharapkan bisa memberikan andil dalam memasyarakatkan pentingnya dunia teknologi informasi (TI) bagi sebagian warga Nahdliyin yang masih awam dengan dunia TI.

Untuk lebih mengoptimalkan misi organisasi, KOMMIT pun terus melakukan pembenahan. Salah satunya dengan mengefektifkan struktur organisasi dan pembagian kerja yang jelas pada bidangnya masing-masing. Sampai saat ini, KOMMIT memiliki 5 (lima) bidang garapan, yaitu Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pendidikan dan Hukum/HAM. Kelima bidang tersebut dipertegas dalam Rapat Kerja Nasional I KOMMIT pada tanggal 12-13 Pebruari 2005.

Sebagai salah satu hasil Rakernas, selain AD/ART, program-program kerja tiap bidang diharapkan bisa bekerja secara baik dan membawa kemajuan yang berarti, tidak hanya untuk KOMMIT, juga untuk NU dan bangsa Indonesia. Sayangnya, amanat Rakernas yang tertuang dalam program kerja tersebut belum bisa dilaksanakan dengan baik, malah cenderung “tidak dipedulikan”. Salah satu faktor terjadinya hal ini adalah kurangnya frekuensi pertemuan untuk melakukan konsolidasi secara langsung, meski tidak tertutup kemungkinan juga karena mulai rendahnya komitmen bersama dalam membangun umat (NU).

Kondisi yang tidak baik tersebut ternyata belum juga pulih sampai sekarang, terlebih dengan kondisi bangsa yang sedang mendapat musibah dan cobaan. Memang, niat perubahan itu selalu muncul dalam diri warga KOMMIT, namun kurangnya faktor konsolidasi ternyata berpengaruh besar terhadap roda organisasi ini. Tak pelak, KOMMIT terkesan hanya bisa bergerak pada acara-acara ceremonial saja, seperti pertemuan dengan tokoh NU/PKB, juga Muktamar II PKB di Semarang. Harapan yang begitu besar seperti saat kelahirannya untuk turut serta dalam membangun umat dan bangsa Indonesia menuju pada terwujudnya masyarakat yang berdaya di segala bidang, kini lambat laun semakin pudar.

Meski demikian, patutlah kiranya kita merujuk pada pepatah “tidak ada kata terlambat” untuk menuju perubahan lebih baik. Saya yakin, dengan kemampuan SDM yang ada meski terbatas jumlahnya, KOMMIT bisa memberikan secercah harapan untuk terwujudnya masyarakat yang lebih baik. Untuk ke arah tersebut, setidaknya pengurus KOMMIT sekarang segera melakukan 3 (tiga) hal, yaitu reorientasi program kerja, restrukturisasi dan konsolidasi secara aktif dan komprehensif.

Reorientasi program kerja diharapkan bisa memberikan solusi tentang permasalahan terkini berdasarkan prioritas, baik di internal KOMMIT maupun eksternal (permasalahan umum). Restrukturisasi diharapkan menjadi langkah yang efektif untuk membangun tim yang efektif dan berdaya secara optimal tanpa mengabaikan kapasitas sumber daya yang telah ada, sedangkan konsolidasi diharapkan menjadi program rutin organisasi untuk melihat perkembangan sekaligus evaluasi dan persiapan untuk program kerja yang telah diagendakan. Dengan tiga hal di atas, diharapkan KOMMIT bisa eksis di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat sekaligus turut memberikan sumbangsih bagi kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia.

Keeksisan KOMMIT dalam membangun masyarakat, tentunya akan menambah kepercayaan dari umat pada umumnya, termasuk NU. Malah, untuk sekarang ini, meski belum seberapa kontribusi KOMMIT terhadap NU, namun beberapa warga KOMMIT sudah dipercaya untuk duduk di struktur kepengurusan NU, baik Lakpesdam maupun lembaga lainnya. Jika nantinya amanat tersebut bisa dipegang dengan baik, saya yakin tidak hanya KOMMIT merasa bangga, namun umat Nahdliyin pada umumnya juga pasti bangga. Tentunya tugas baru saudara kita ini harus didukung dengan sepenuh hati, karena memegang amanat itu tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, bukan?

Ragunan, 23 Juli 2005

[1] Warga KOMMIT di Jakarta Selatan
[2] Rekan muda NU dari Bekasi, sekaligus kader PKB Bekasi
[3] Mantan aktivis FKDIA atau Forum Komunikasi Dakwah Islam Ahlus Sunah Wal Jama’ah, sekarang menjadi pengurus Lakpesdam NU
[4] Kader NU dari Betawi, mantan pengurus PKB Jakarta Selatan


Baca selengkapnya ...

Oh Indahnya Pancaran Itu ... [3]

Lanjutan ... [2]

Setelah salam pembuka, ku pun duduk sambil berpikir bagaimana ku memulai pembicaraan dengannya ....
Sewaktu ku baru duduk, ku tak tahu dia melangkah ke belakang ... dan ternyata dia bersama ayahnya untuk "menemani" saya.
Perkenalan pun dengan orang tua nya dimulai
Tetapi ku tak tahu, kenapa suara yang keluar seakan terbata2 ... oh kenapa ku gugup yaa, ku mencoba terus tuk bisa "berkomunikasi" dengan lancar
Isi pembicaraan tidak jauh dari data pribadi saya, termasuk kegiatan saya
Ku senang bisa menjawab sejauh yang saya bisa
Ku pun kadang balik menanyakan ke dia, perempuan yang ingin aku kenal selama ini
Pendek kata ....
Akhirnya saya pamit dengan mengucapkan salam penutup. Ku tahu, ini cobaan berat bagi saya untuk mengenal sosok "indah'" sepertinya
Ku pun sadar, harapan terhadapnya jangan terlalu besar, karena tiap orang harus bisa mengukur sejauhmana posisi dan perannya
.............
Ku pulang dengan motor pinjamanku ....

Ukhti ku, engkau begitu indah
Ku sadar, tak mudah menggapaimu
Tapi ijinkanlah saya
Untuk mengenalmu
...

Sekian, mohon maaf kalo ada kesalahan kata atau sesuatu yang tidak berkenan. Ku berharap, Anda merestui niat saya.

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Tharieq

Wassalamu'alaikum wr wb,

Al Brebesy


Baca selengkapnya ...

08 September 2005

Oh Indahnya Pancaran Itu ... [2]

Lanjutan [1]

Penasaran akan dirinya terus membayang dalam diri ku ...
Ya Robb ... apakah hati hamba ini telah terjerat dalam bayang2 cinta ... entahlah
Ku coba terus untuk tahu siapa dirinya ...
Temannya, mungkin itu yang bisa ku harapkan infonya
Sayang, tak banyak yang Ia tahu darinya

Penasaran itu kian besar ...
Alhamdulillah, tekad tuk mengenalnya pun tak pudar
Ahad sore, 4 September 05 ku mencari kediamannya
Meski ku tak tahu persis tempatnya, tapi ku yakin niatku kan sampai
Ku diam sebentar di sekitar wilayah rumahnya karena ku belum tahu persis rumahnya
Ku lihat2 ... aku pun coba tanya ke teman saya ...
Belum ada jawaban persis, tapi tak ku sangka
Dia muncul di depan rumahnya

Wow, aku kaget sebentar ...
Dag dig dug terasa karena ku tahu ini ada sesuatu yang ngga biasa di hati
Dan ku masih tak berani menghampirinya
Pengecut ... ya, mungkin aku pengecut
Karena tak berusaha "menjemput bola"
Biarlah .....

Di luar dugaan, dia menyapa ku
Ini menjadi kaget yang tidak karuan
"Sedang mencari siapa, mas ?" Sapanya
........ Ku refleks berdiam sebentar
"Ehmm, ini rumahnya mba xxx ?" Basa-basiku, padahal aku baru saja tahu kalau itu rumahnya.
"Ya benar, mas siapa ya? Ada apa ya ?"
?????? Aku diam sebentar ... karena ini baru pertama juga dalam hidupku
"Saya temennya xxx, yang pernah mba xxx datengin kemarin". Jawabku pendek dengan sedikit gemetaran.
Biar ngga terlalu banyak diinterogasi, ku langsung minta ijin ke dia
"Boleh masuk mba?" Pintaku, karena kebetulan aku pakai motor dan sedikit menjorok jalan umum.
Alhamdulillah dia mengijinkan dan segera membuka gerbang pagar rumahnya.
"Tapi jangan lama2 ya mas ?" Pintanya. Ku pun sedikit canggung, tapi ku sadar karena kita belum saling kenal.
Ku pun mencoba melangkah memasuki pintu rumahnya yang baru saja ia buka.
"Assalamu'alaikum" Salam pembukaku
"Wa'alaikumsalam" Jawab lirihnya

Mulailah ku mencoba berkenalan .... tapi isi pembicaraanya bisa dibaca pada edisi berikutnya ya.

Thanks dah baca tulisanku ... ini tanpa rekayasa ... tapi mohon maaf klo ada yang kurang tepat. Nantikan isi selanjutnya ya ....

Regards,

Al Brebesy


Baca selengkapnya ...

Oh Indahnya Pancaran Itu ... [1]

Assalamu'alaikum wr wb,

This's 1st letter on my blog about my life .....

Oh indahnya pancaran itu ...

Kamis, 25 Agustus 05 ku pertama kali melihatmu ... tak tahu, ada getar dalam hati untuk mengenal sosok seorang perempuan sepertimu yang tertunduk malu penuh kedamaian ...
Oh indahnya pancaran itu ... mungkin itu yang terlintas kalau "pencurian" penglihatan ini berhasil dan kau pun tatap diri ini ... yang jelas, ku berharap penglihatan ini jangan sampai mengarah pada nafsu syaitan belaka yang melihat tanpa arah dan niat yang jelas.
Ku hanya berharap, sinarnya kelak bisa mengiringi langkah2 jiwa ini .... oh indahnya ...

Mudah2an engkau yang slalu ku rindu kan selalu senyum ......

Ya Robb, Engkau yang Maha Agung
Pencipta segala keindahan ...
Pada-Mu lah hamba bermohon
Ridhoilan indahnya pancaran itu
Juga ampuni segala kekhilafan hamba
Tuk bisa iringi langkah2 kami
Di kemudian hari ...

Wassalamu'alaikum wr wb,

Salam Takdzim,

Al Brebesy


Baca selengkapnya ...